Pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 membawa banyak sekali dampak buruk di berbagai sektor. Tak hanya sektor kesehatan, sektor ekonomi juga mengalami dampak yang serius. Selain mengakibatkan melemahnya bidang investasi yang kemudian mengacu pada banyaknya PHK karyawan, juga berakibat pada berhentinya usaha-usaha kecil di berbagai daerah di Indonesia. Berbagai cara dilakukan para pelaku UMKM demi untuk tetap bisa bertahan menjalankan usahanya meskipun mengalami penurunan drastis dari segi jumlah penjualan. Salah satunya Sri Sabar (43), ibu rumah tangga yang sudah merintis usahanya sejak 3 tahun yang lalu belakangan ini kembali membuka gerainya di Taman Kolam Keceh Bulusulur Wonogiri setelah usahanya sempat terhenti akibat pandemi covid-19.
Sejak hari Sabtu, 12 Juni 2021, Taman Kolam Keceh Wonogiri yang terletak di dusun Kedungsono, Bulusulur, Kec. Wonogiri, Kab. Wonogiri kini disulap menjadi tempat wisata kuliner kecil-kecilan untuk warga sekitar. Dalam tenda-tenda yang disusun berjejer masing-masing ruang berukuran 2,52,5 meter terlihat beraneka ragam street food yang dijual. Sri, panggilan akrab ibu 43 tahun itu dan beberapa karyawannya tampak sibuk menyiapkan pesanan pelanggan yang berdatangan. Didekatnya terlihat beberapa tumpuk rice box yang siap diberikan kepada pelanggan. Tak jauh dari dekatnya pula, ada kedai-kedai yang menjual berbagai macam makanan mulai dari sate kambing, bakso balungan, bakso pangsit, gulai, aneka sosis, seblak, mie ayam, mie goreng jawa, capcay, minuman dan makanan ringan, hingga kedai kopi kecil yang sangat diminati para kaum muda.
Usaha kecil yang telah dirintis Sri sejak tahun 2018 ini menjual beraneka macam olahan daging seperti rica bebek, rica ayam jawa, nila bakar, bebek goreng hingga berbagai macam snack. "Biasanya rame mbak jualan saya, tapi setahun lalu sejak awal covid sempat berhenti, tapi sekarang alhamdulillah pelan-pelan bisa mulai bangkit, apalagi sekarang juga terbantu sama acara bazar yang inshaallah patuh protokol kesehatan ini jangkauan promosi dan pemasaran saya juga jadi lebih luas" katanya.
Sebelumnya, Sri menawarkan olahan-olahannya di media sosial yang ia sering gunakan, salah satunya Whatsapp yang sekarang tampaknya memang kerap digunakan untuk mempromosikan barang dagangan. "Biasanya hanya lewat sosmed yang saya punya, WA itu mbak dan sistemnya pre-order jadi berapa banyak yang pesan dulu setelah itu baru saya buatkan" lanjutnya.
Sri menambahkan, sebelum adanya pandemi covid-19, hampir setiap hari dia dibanjiri pesanan bahkan kadang-kadang sampai meliburkan diri karena saking banyaknya pesanan yang harus dimasak dan diantarkan. Tidak ambil pusing dengan jumlah laba pastinya, tanpa sadar dalam waktu singkat, karena covid-19 yang tiba-tiba mengganas secara berangsur angsur tidak ada pesanan sama sekali hingga terpaksa harus berhenti untuk sementara. "bingung saya mbak kalau ngitung keuntungan, yang jelas terasa sekali bedanya pas awal pandemi dengan sekarang, memang keadaannya lagi susah banget pas awal-awal pandemi itu" imbuhnya
Aneka macam masakan yang ia buat sendiri dibantu dengan beberapa karawannya dijual dengan harga mulai dari 10 ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah. Sempat berhenti karena terdampak pandemi covid-19, dia menceritakan dari awal proses usahanya dimulai dari berternak ayam dan bebek sendiri hingga diolah sampai makanan jadi. "ya agak susahnya kalau kehabisan ternak, harus beli diluar, dan biasanya lebih dapat laba kalau pakai ternak sendiri daripada beli" jelasnya.
Menurut Sri, untuk lokasi yang digunakan bazar street food ini memang strategis. Selain lahannya yang cukup luas sekitar 16.000 m2, Taman Kolam Keceh terletak di dekat jalan yang selalu dilewati banyak orang. Ditambah lagi juga terlihat jelas dari kejauhan tanpa terhalangi oleh pohon-pohon ataupun bangunan. Karena sarana dan prasarananya yang cukup lengkap dan memadai seperti tempat ibadah berupa mushola, pendopo, beberapa toilet, gazebo dan pastinya kolam renang, sebelum pandemi Taman Kolam Keceh selain digunakan sebagai wahana bermain untuk anak-anak dan refreshing keluarga juga kerap digunakan untuk bumi perkemahan, pertemuan atau rapat, bahkan pernah juga dijadikan sirkuit motocross. Jadi sudah banyak sekali orang yang tak lagi asing dengan tempat ini.
Digelar sore hingga petang, beberapa pengunjung pun mengatakan bahwa suasananya nyaman dan mendukung untuk dipakai acara-acara semacam bazar street food ini. Banyak lampu-lampu warna-warni yang menghiasi dipadukan dengan tempat duduk lesehan yang berjauhan dan meja kursi dari bambu yang ditata sedemikian rupa tidak lupa dengan membubuhi tanda X untuk mengingatkan pengunjung agar senantiasa menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Â
Terdengar juga hiburan berupa musik selama pengunjung silih berganti berdatangan, tidak henti-hentinya juga terdengar himbauan untuk selalu memakai masker, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai sabun. Bahkan di depan Taman Kolam Keceh itu sendiri, terpampang jelas bahkan bisa dilihat dari jalan banner patuh protokol kesehatan bertuliskan "kawasan wajib masker"