Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Daerah 3T, Tanggung Jawab Siapa?

27 April 2019   23:39 Diperbarui: 28 April 2019   00:08 3238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://korindonews.com/

Orang yang sakit tersebut biasanya akan ditandu berpuluh kilo meter menuju tempat perawatan yang lebih memadai di kota. Seperti pengalaman tetangga kami pada waktu itu.

Itu hanyalah sebagian kecil pengalaman yang pernah kualami hidup di sebuah desa yang tertinggal. Semua serba terbatas. Memprihatinkan memang. Pengalaman seperti ini, tentu banyak yang pernah mengalaminya, bahkan ada yang lebih sulit lagi kehidupannya dibandingkan dengan desa yang kami tempati.

Pemerintah Butuh Bersinergi dengan Pihak Swasta Membangun Daerah 3T

Salah satu yang mengalami hal yang saya maksudkan adalah rekan-rekan kita sebangsa setanah air yang ada di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Rekan pembaca mungkin sudah pernah mendengar berbagai kisah hidup dari warga Indonesia yang berada di daerah 3T tersebut. Setidaknya ada seribu satu masalah dan tantangan yang harus mereka hadapi setiap harinya.

Keterbatasan infrasruktur, minimnya mata pencaharian karena tertutupnya akses, hingga jauhnya dengan daerah pusat kota merupakan beberapa kendala dan tantangan yang saya maksudkan.

Tetapi beruntungnya daerah 3T tersebut, karena pemerintah pusat sekarang berkomitmen dan semakin serius memperhatikan daerah 3T tersebut. Tentu hal tersebut tidak terlepas dengan Program Nawacita yang telah dicanangkan pemerintah pusat sejak awal. Salah satu dari program tersebut yakni berusaha membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

Memang begitulah sejatinya. 

Sudah selayaknya bangsa kita tidak semata hanya fokus perhatian kepada daerah-daerah yang sudah maju dan berkembang. Saatnya kita memperhatikan dari pinggiran atau yang kita kenal dengan sebutan daerah: Terdepan, Terluar dan Tertinggal. Sehingga bangsa kita tidak mengulangi sejarah kelam dari gerakan separatis yang terjadi di era-50. Ada banyak daerah yang memberontak karena terjadinya sentralistik pembangunan. Daerah kurang terperhatikan.

Kalau dalam Pembukaan UUD 1945, di sana tertuang cita-cita NKRI yang menegaskan bahwa bangsa kita harus mewujudkan masyarakat yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur, bukan saja diperlakukan bagi sekelompok masyarakat tertentu, tapi berlaku untuk semua. Tanpa terkecuali.

Kalau selama ini daerah 3T kurang terperhatikan, sudah saatnya kita merngubah paradigm dan fokus perhatian kita.

Saya jadi teringat dengan sebuah slogan yang begitu menarik yakni sudah saatnya Bangun Perbatasan Jadi Terasnya Indonesia.

Citra wilayah perbatasan tak boleh dianggap sebagai dapur, melainkan sebagai beranda atau teras bagi negara. Sebagai daerah terdepan bagi rumah kita yang berfungsi menyambut tamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun