Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Leaving No One Behind" ala PDAM Surya Sembada Surabaya

7 Maret 2019   13:25 Diperbarui: 7 Maret 2019   13:50 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: instagram.com/PDAMSuryaSembada

Tahun 2007, bencana banjir melanda Jakarta. Rumah kontrakan kami tidak luput dari rendaman air. Ketinggian yang mencapai 80 cm itu, memaksa kami untuk mengungsi. Kami pun memilih tinggal di rumah saudara yang dekat dengan rumah agar mudah memantau.

Masalahnya tidak hanya di situ. Selama seminggu kami kesulitan air bersih. Pemadaman listrik selama seminggu membuat pompa air listrik di rumah saudara tidak berfungsi. Alhasil, kami harus membeli air mineral yang sangat banyak. Bukan saja untuk keperluan makan dan minum, tetapi untuk air mandi bayi kami yang baru berumur 7 bulan.

Hari itu, benar-benar menyadari penuh pentingnya air dalam kehidupan. Air adalah kebutuhan vital. Setiap hari kita membutuhkan air, baik untuk minum dan makan, mandi, mencuci piring dan pakaian, serta untuk hal lainnya.

Sebuah sumber yang saya baca mengatakan bahwa tubuh manusia membutuhkan unsur air lebih tinggi disbanding unsur lainnya. Perhatikan saja komposisi air dalam tubuh manusia. Misalnya untuk bayi (80%), orang dewasa (70%), dan lanjut usia (50%).

Lebih spesifik lagi, bahwa organ-organ dalam tubuh pun hampir sebagian besar terdiri dari air. Paru-paru (90%), darah (82%), kulit (80%), otot (75%), otak (70%), dan tulang (20%). Jadi, bisa Anda bayangkan peran air sangat besar bagi kehidupan manusia untuk bertahan hidup.

Tetapi sesuatu yang paradoks pun terjadi. Kalau manusia sangat bergantung dengan air bersih, tetapi tindakan manusia sering menunjukkan kurangnya kepedulian menjaga ketersediaan air bersih. Misalnya menebangi pohon di sekitar daerah sumber air, membuang sampah dan limbah ke sungai, menggunakan air dengan sesuka hatinya.

Pernahkah kita lebih serius menyadari bahwa dunia ini sedang diperhadapkan dengan krisis air bersih?

Dalam sebuah media mengatakan bahwa Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperingatkan bahwa dunia dalam bahaya krisis air global. Saat ini 40 persen populasi dunia mengalami kelangkaan air. Bahkan berdasarkan penelitian yang dilakukan selama dua tahun mengatakan 700 juta orang akan menderita akibat kelangkaan air parah pada 2030.

Bagaimana pula dengan daerah Surabaya?

Berbagai tulisan di media online memang mengatakan bahwa berbagai daerah di Surabaya tidak luput dari permasalahan air bersih. Namun PDAM Surya Sembada yang menjadi pemasok air di Kota Pahlawan tersebut, terus berupaya agar semua warga dapat memenuhi kebutuhan air bersih.

Pada akhir tahun lalu (Desember 2018) sebuah media mengatakan bahwa dari target 100 persen, setidaknya 98 persen warga Surabaya sudah mendapatkan air bersih, Sementara yang 2 persen tidak bisa dicapai dikarenakan kasus khusus, yakni tinggal di kawasan abu-abu. Sehingga mereka, warga di sana yang tidak memiliki hak milik atas tanah tidak bisa mengajukan pemasangan air PDAM. Meski demikian, PDAM telah berupaya keras menjangkau masyarakat di kawasan abu-abu tersebut yakni dengan pemasangan Master meter melalui sistem kelompok swadaya masyarakat (KSM).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun