Tholhah Bin Ubaidillah, salah satu sahabat terkemuka Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai sosok yang dijamin masuk surga. Dalam riwayat keislaman, Tholhah menunjukkan keteguhan iman dan keberanian yang luar biasa, menjadikannya teladan bagi umat Muslim.
Awal Perjalanan Tholhah dalam Islam
Tholhah memeluk Islam di awal-awal dakwah Nabi Muhammad SAW, sekitar tahun ketiga kenabian beliau. Keberaniannya teruji saat ia ikut dalam perang Uhud, di mana ia mengalami luka-luka parah yang membuat orang-orang meyakini bahwa ia telah meninggal. Namun, Allah SWT memberikan kesempatan hidup lebih panjang baginya. Nabi Muhammad SAW pun pernah menyebut Tholhah sebagai contoh hidup bagi para sahabat, karena ketabahannya dalam menghadapi cobaan.
Kisah yang Diabadikan dalam Hadis Ibnu Majah
Salah satu kisah menarik yang melibatkan Tholhah adalah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Hadis ini menceritakan tentang dua pria dari daerah Balii (Yordania) yang masuk Islam dan belajar agama kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam cerita itu, satu pria meninggal syahid di medan perang, sementara yang lainnya meninggal secara biasa di rumahnya.
Mimpi Tholhah dan Pelajaran tentang Surga
Tholhah pernah bermimpi berada di depan pintu surga bersama kedua pria tersebut. Penjaga surga kemudian mengizinkan pria yang wafat secara biasa masuk terlebih dahulu, diikuti oleh pria yang meninggal syahid. Tholhah, yang berfikir bahwa dirinya adalah yang ketiga, terkejut ketika penjaga surga menyatakan bahwa belum saatnya baginya. Ketika Tholhah menceritakan mimpi ini kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, keheranan muncul karena prioritas masuk surga yang diberikan kepada orang yang wafat secara biasa dibandingkan dengan yang meninggal syahid.
Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan yang menggetarkan hati. Beliau menjelaskan bahwa orang yang meninggal dalam keadaan biasa namun menjumpai satu bulan Ramadan lagi memiliki keistimewaan tersendiri di hadapan Allah SWT. Keutamaan ini bahkan melebihi keutamaan bagi mereka yang syahid di medan perang. Perumpamaan jarak surga bagi keduanya seperti kita memandang bintang di langit, tak terjangkau oleh perbandingan manusia.