Â
Di antara susunan tas dan benang warna pastel yang terhampar di hadapan kami, saya melihat sesuatu yang lebih dari sekadar souvenir hasil produksi tangan, yaitu ketekunan, kesabaran, dan mimpi yang ia bangun dengan kerja keras yang konsisten.
Â
Saat kami berpamitan, Sherly sempat menoleh kepada kami, dengan benang-benang yang ia merapikan Bersama dengan berbagai aksesori yang ditampilkan pada kami, ia berujar.
Â
"Saya nggak buru-buru sukses. Yang penting jalan terus. Mimpi itu harus dirajut pelan-pelan," kata Ibu Sherly.
Â
Kata-kata itu sederhana, tapi terasa sangat dalam terdengar di telinga kami. Sebab di balik setiap souvenir rajut yang ia buat, ada harapan yang disulam perlahan olehnya. Dan selama ada yang percaya, benang-benang asa itu tak akan pernah putus.
Â
Kami pulang saat matahari sudah mulai tenggelam. Tapi benang-benang kisah yang ditinggalkan Ibu Sherly tetap hangat terpatri dalam ingatan kami. Bahwa perempuan muda dari sudut Lembang itu tak hanya merajut tas dan dompet, tapi juga harapan yang mengikat kehidupan banyak orang di sekitarnya.