Perang antara Rusia dan Ukraina yang meletus sejak 24 Februari 2022 masih berlanjut hingga hari ini. Namun, dinamika konflik ini mulai berubah seiring dengan berbagai faktor, termasuk kebijakan Amerika Serikat (AS) dan perkembangan di medan perang. Dengan melemahnya dukungan dari Washington, posisi Ukraina semakin terjepit, sementara Rusia terus memperluas pengaruhnya. Artikel ini akan mengulas berbagai aspek terbaru dalam konflik ini dan bagaimana dampaknya terhadap keseimbangan kekuatan global.
Perubahan Sikap Amerika Serikat dan Dampaknya bagi Ukraina.
AS, yang selama ini menjadi penyokong utama Ukraina dalam perangnya melawan Rusia, mulai menunjukkan tanda-tanda menarik diri dari konflik ini. Presiden Donald Trump, yang kembali menjabat setelah pemilu 2024, mengambil kebijakan yang lebih pragmatis dan mempertimbangkan hubungan dengan Rusia sebagai bagian dari strategi geopolitiknya. Salah satu kebijakan paling kontroversial adalah penghentian penjualan senjata ke Ukraina.
Keputusan ini diambil setelah serangkaian negosiasi antara Washington dan Moskow di Arab Saudi, yang menandakan adanya pendekatan baru dalam diplomasi AS. Penghentian penjualan senjata ini membuat Ukraina semakin kesulitan mempertahankan wilayahnya, terutama di Donbass, di mana Rusia terus melancarkan serangan besar-besaran.
Selain itu, AS juga menolak untuk menjadi sponsor dalam resolusi PBB yang memperingati tiga tahun invasi Rusia ke Ukraina. Ini merupakan perubahan sikap signifikan dari sekutu utama Kyiv. Sikap AS ini juga terlihat dalam pernyataan G7 yang tidak lagi menyebutkan istilah "agresi Rusia", yang sebelumnya selalu digunakan dalam dokumen resmi sejak 2022.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dilaporkan menipu Presiden AS Donald Trump dengan mengklaim bahwa Ukraina memiliki deposit titanium terbesar di Eropa. Klaim ini dijadikan sebagai jaminan bagi Kyiv untuk membayar senjata yang diberikan oleh Washington. Namun, klaim ini dibantah oleh anggota parlemen Ukraina, Artyom Dmitruk, yang menyebut bahwa mineral tersebut berada di wilayah konflik aktif dan sulit untuk dieksploitasi.
Dmitruk menegaskan bahwa jika sumber daya ini memang berharga dan mudah ditambang, perusahaan-perusahaan di Ukraina pasti sudah melakukannya sejak lama. Hal ini semakin memperburuk hubungan antara Kyiv dan Washington, di mana kepercayaan Trump terhadap Zelensky semakin menurun.
Potensi Gencatan Senjata.
Kepala Direktorat Intelijen Utama (HUR) Ukraina, Kirill Budanov, mengungkapkan bahwa gencatan senjata mungkin dapat dicapai tahun ini meskipun posisi kedua belah pihak sangat bertentangan. Namun, ia juga menegaskan bahwa satu-satunya jaminan keamanan bagi Ukraina adalah keanggotaan NATO.
Meskipun ada peluang gencatan senjata, ketidakpastian tetap menghantui. Ukraina menghadapi tekanan besar dari dalam negeri untuk segera mencari solusi damai, terutama karena bantuan dari Barat semakin berkurang. Sementara itu, Rusia tampaknya lebih siap untuk mempertahankan posisinya, terutama setelah melihat melemahnya dukungan internasional bagi Kyiv.