Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Slavoj Zizek: Filsuf Radikal dari Slovenia

11 November 2022   00:51 Diperbarui: 11 November 2022   00:56 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jauh di ujung dunia lain di utara duna, tepatnya sebuah negeri bekas Perserikatan Uni Sovyet, lebh tepatnya negara Slovenia, bernama Slavoj Zizek. Ia merupakan seorang ahli teori budaya  kenamaan, intelektual publik dan Peneliti senior di Universitas Ljublana Slovenia.

Seorang filsuf yang mendalami pemkiran filsafat kontinental, terutama yang berhaluan Hegelian, Psikoanalisis dan Marxisme. Slavoj juga merupakan seorang ahli di bidang teori politik, kritikus film serta teolog. Selain menulis buku dan membuat film, ia adalah direktur internasional Institut Birkbeck untuk Kemanusiaan di Universitas London.

Zizek dikenal sebagai pendiri dari Mazhab Psikoanalisis Ljubljana, kelompok studi yang berisikan sekelompok akademisi Slovenia yang condong pada Idealisme Jerman, psikoanalisis Lacanian, kritik ideologi, dan kritik media.

Era tahun 1980an ia dikenal sebagai kritkus yang paling keras pada rezim kepemimpinan Militer di bawah haluan parta komunis Yugoslavia. Pada tahun 1990 ia mencalonkan diri sebagai kandidat presiden Slovenia, namun upaya pencalonanya terhenti di posisi ke 5 dalam kandidasi partai.

Karya pertamanya yang berjudul Object of Ideology, yang diterbitkan pada tahun 1989 telah memperkenalkan haluan utama dari mazhab ini dengan terbitan berbahasa Inggris, dari tulisan inilah pemkiran Mazhab Psikoanalisis Ljubljana dikenal luas di kalangan akademisi. Dalam karirnya sebagai pemikir dan penulis, Zizek telah menulis lebih dari 50 buku dalam berbagai bahasa.

Zizek punya kekhasan dalam gaya kepenulisannya, ia menggunakan pendekatan idiosinkratik dari penampilan di publik, dengan seringnya kontributor penulis komentar di majalah, dan karya akademis, dengan menggunakan lelucon cabul dan berbagai penggunaan contoh budaya pop. 

Disisi lan caranya memprovokasi pembaca dengan berbagai pengguaan diksi yang sering dikritik dan dianggap salah salah secara politis menjadi alasan mengapa dirinya dikenal secara luas.

Dalam salah satu karyanya yang berjudul Violence : Six Sideways Reflection, Zizek memulai karya tulisnya dengan berbagai pertanyaan  kontemplatif yang coba mengkritisi makna dibalik latar mengapa kekerasan terjadi. Zizek menganggap bahwa sebuah kekerasan memotret tiga bentuk motif. 

Pertama, kekeeraasan subyektif, yang berupa segala bentuk kejahatan ataupun penggunaan teror. Kedua,  kekerasan Objektif, yang berupa rasisme, ujaran kebencian, diskriminasi. Ketiga, kekerasan sistemik  yang merupakan efek yang terjadi akibat sistem ekonomi dan politik.

Baginya, kekerasan adalah pesan, sebagaimana ia sependapat dengan pernyataan Marshall McLuhan, seorang ahli komunikasi kenamaan yang memandang 'the medium is the message'. 

Zizek memandang kalau kekerasan adalah medium yang diciptakan oleh sekelompok pengrusuh guna mendapatkan perhatian yang luas. Sorotan luas media kepada kelompok ini akan menciptakan perhatian yang luas guna memberikan pesan yang dimaksudkan dalam sebuah bentuk kekerasan tersebut.

Dalam perspektif yang luas, satu bentuk kekerasan kadang membingungan cara pandang kita dalam melihat suatu hal, seringkali satu bentuk kekerasan mempersempit sudut pandangan kita tentang motif dibalik terjadinya suatu kekerasan. Kemampuan untuk melihat orang lain yang sangatlah terbatas pada factor intelegensi menimbulkan pertanyaan yang rumit di benak kita tentang hal ini.

Zizek juga memandang kalau Ideologi punya dua sisi, yang menganjurkan penggunaan kekerasan untuk menjaga persepsi yang dibubuhkan pada para penganutnya demi menjaga tradisi yang dijaga, namun mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh penentangnya, dapat berupa ideology ataupun pemikiran tradisional lainnya. Ia memandang bahwa kekerasan sangatlah melekat pada konteks globalisasi, kapitalisme, fundamentalisme, maupun bahasa. Dalam buku tersebut menegaskan posisinya sebagai salah satu pemikir dan filsuf modern yang memiliki pandangan radikal.

Kontroversi dan kritik dari dalam ataupun diluar konteks akademisi serng jadi bahasan yang menarik untuk dperbincangkan oleh berbagai kalangan. Hingga pada tahun 2012Majalah Amerika 'Public Policy' memasukan Zizek sebagai salah satu dari 100 Pemikir Global Teratas pada tahun 2012, dalam majalah itu disebutkan kalau Zizek adalah seorang  menyebutnya filsuf selebriti". Popularitas Zizek di kalangan akademisi kadang dianggap sebagai 'Elvis Presley' nya teori kebudayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun