Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jembatan bagi Jurang dari Kemiskinan itu bernama Pendidikan

20 September 2022   23:02 Diperbarui: 20 September 2022   23:04 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kita sadari, kalau mahasiswa adalah golongan minoritas dari kelompok terdidik, tidak semua orang dapat menikmati fasilitas sebagai seorang mahasiswa, mata kuliah dengan materi pendalaman, staf-staf pengajar yang memiliki berbagai background pendidikan dan pemahaman metodologi (beberapa bergelar magister dan doctoral di kampus luar negeri), riset dan penelitian, atapun akases gratis ke perpustakaan online berbayar yang dapat kita gunakan untuk mengakses berbagai buku yang jangan bisa kita dapatkan. Tentu akan banyak rujukan dan inspirasi yang dapat emmperkaya pemahaman terkait bidang yang kita dapatkan di bangku perkuliahan.

Disamping kebutuhan biaya untuk melanjutkan bangku kuliah yang selalu naik di tiap tahunnya, rangkaian orientasi dari keluarga yang tidak mengenyam pendidikan juga sering menjadi ganjalan dari seseorang untuk melanjutkan tahap pendidikannya ke tataran yang lebih tinggi. Anak yang lahir dari keluarga petani seringkali diminta untuk melanjutkan pekerjaan orangtuanya di ladang, anak-anak yang lahir dari keluarga pedagang akan diminta keluarganya untuk melanjutkan usaha orangtuanya, begitupun banyak orang tua yang memandang pendidikan sebagai sarana untuk memperoleh kerja kantoran, namun akan menghilangkan profesi yang sedang keluarga mereka jalankan.

Menjadi mahasiswa adalah sebuah kenikmatan yang bisa didapatkan, walau bukan sebagai penerima beasiswa saya cukup bersyukur dengan kesanggupan saya secara akademis dan kesanggupan orang tua untuk membiayai perkuliahan yang saya ambil di bangku kuliah dengan biaya yang murah. Dimana saya melihat kalau diantara banyak orang dengan taraf ekonomi yang sama dengan saya banyak yang tidak melanjutkan pendidikan.

Pada tahun 2016 menyatakan kalau hanya 10 persen kelompok pelajar Sekolah Menengah Atas dapat nikmati, setidaknya ini adalah data yang saya ketahui kalau hampir 90 persen dari kelompok pelajar SMA tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke bangku perkuliahan. Banyak alasan yang melatarbelakanginya, namun yang paling umum saya dengar adalah factor biaya yang memberatkan.

Saya pernah beberapa kali untuk mendaftarkan beasiswa, sayang diantar banyaknya berkas yang saya kirimkan tidak ada satupun berkas yang lolos sampai ke tahap interview, mentok lolos tahap administrative saja. Lewat pergaulan yang saya lakukan dengan orang-orang penerima beasiswa, banyak diantara mereka yang memiiki taraf ekonomi di atas rata-rata, suatu hal yang bagi saya tidak seharusnya.

Begitupun apa yang mereka lakukan dengan uang beasiswa yang mereka terima, ada diantara mereka menggunakan beasiswa yang mereka terima untuk mengikuti fashion, dengan membeli pakaian yang mahal ataupun handphone merek terbaru. Begitupun saat saya berkunjung ke rumah mereka, saya fikir ekonomi mereka ada di taraf yang lebih tinggi diantara  banyak rekan-rekan saya lainnya, yang relative miskin, namun tak bisa menerima beasiswa.

Faktor nilai akademis tentu jadi salah satu satu pertimbangan, namun kedekatan personal dengan holder beasiswa dari angkatan sebelumnyapun menjadi sangat terpengaruh. Informasi yang sedari awal diumumkan secara massif, lama kelamaan justru semakin terbatas lewat alur komunikasi dari para penerima beasiswa awal tersebut.

Walau beasiswa telah tersedia di berbagai tempat, namun lagi-lagi orang yang menerima beasiswa kebanyakan mereka yang terorientasi oleh keluarganya, dengan kata lain mereka adalah anak-anak dari orang tua yang berpendidikan atas atau berkuliah. Diantara para penerima beasiswa ini terdapat anak-anak dari dosen di berbagai universitas. Bagi saya mereka adalah kelompok yang memiliki kemampuan finansial yang memadai.

Terkait faktor nilai akademik, saya melihat kalau orang-orang dengan kebutuhan ekonomi khusus justru lebih banyak berjuang membiayai kuliahnya dengan kerja sambilan dan berjualan di luar jam kuliah mereka. Diantara mereka ada yang mendapatkan beasiswa, namun pengaruh dari pembagian focus ke hal lain ini pula yang membuat kebanyakan dari mereka sulit mempertahankan nilai akademiknya, dengan konsekuensi pencabutan beasiswa saat nilai turun.

Terkait factor rekomendasi, saya melihat kalau pada dasarnya beasiswa ini diberikan secara inklusif, artinya memungkinkan untuk menyasar kelompok bawah secara lebih luas lagi, sayang birokrasi bagi penerimaan beasiswa ini diorganisir oleh manusia, sedangkan ada sifat dasar manusia yang memungkinkan kita untuk memanfaatkan ruang kosong untuk keuntungan pribadi. Beberapa penerima beasiswa adalah rekan dan saudaranya, sedangkan penerima yang murni hasil seleksi hanyalah segelintir kecil orang.

Saya percaya kalau tujuan dari beasiswa adalah mengurangi ketimpangan, dimana di kaya membayar lebih sedangkan si miskin mendapatkan fasilitas untuk mengurangi kesenjangan pendidikan , begitupun lingkar pergaulan yang dapat seseorang terima di bangku perkuliahan. Besar harapan dari saya untuk dapat menjangkaunya pendidikan di bangku perkuliahan dengan cakupan yang lebih luas, selain menaikan taraf pendidikan, orang-orang terdidik akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menaikan taraf ekonomi mereka. Saat seseroang telah mencapai predikat sarjana di sebuah bidang pendidikan, tentu saja tenaga professionalnya akan dihargai lebih dan jua bayaran yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun