Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Saatnya Podcast untuk Kompasiana

11 November 2020   08:00 Diperbarui: 8 Desember 2020   20:46 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi proses pengambilan suara podcast | metro.co.uk

Sebagai media sosial berbasis UGC, sudah saatnya bagi Kompasiana untuk mulai membuat inovasi. Salah satunya adalah dengan menyediakan kanal podcast. 

Kompasiana adalah sebuah platform blog dan publikasi online yang sudah berdiri sejak 22 Oktober 2008. Platform ini melakukan perubahan misi, dengan mengubah semboyannya menjadi “Beyond Blogging” atau “Lebih dari Sekadar Ngeblog”, pada tahun 2017 yang lalu. 

Perubahan misi ini menegaskan bahwa Kompasiana ingin menjadi tempat yang aktif dan penuh interaksi antar Kompasianer dengan berbagai pihak, seperti institusi, produk dan khalayak.

Berbagai inovasi pun dilakukan, seperti membuat rubrik khusus video, mengadakan kompetisi blog, membuat festival Kompasiana, dan yang paling terbaru adalah membuat program Narativ, yakni platform yang menjembatani pemilik brand dengan Kompasianer untuk dapat mengadakan kerjasama dalam membuat berbagai proyek komunikasi. Inovasi tersebut tampaknya tidaklah cukup jika berhenti hanya pada tataran produk tulisan dan video.

Kompasiana sekiranya perlu untuk mencoba membuat inovasi baru, yakni membuka kanal podcast. Saran ini muncul karena Kompasiana adalah salah satu media sosial di Indonesia yang berbasis Users Generated Content (UGC). User Generated Content (UGC) adalah strategi dan inovasi baru dalam dunia pemasaran dengan memanfaatkan hasil testimoni dari para pengguna media sosial atas konsumsi sebuah produk barang atau jasa (Glints.com, 2020).

Tapi, kenapa inovasi yang penulis tawarkan ke Kompasiana harus dalam bentuk podcast? Bagaimanakah tren podcast di Indonesia dan seberapa untungnya konten audio ini? Portal DailySocial.id pernah melakukan sebuah riset pada tahun 2018 lalu yang memaparkan hasil mengenai tren Podcast di Indonesia. DailySocial mengambil sampel sekitar 2.032 responden, untuk dimintai keterangan mengenai mengenai tren podcast (DailySocial.id, 2018).

Hasil menarik yang bisa didapat adalah 40% lebih pendengar podcast di Indonesia didominasi oleh usia pendengar 20-25 tahun sebesar 42,12%. Diikuti oleh usia 26-29 tahun (25,52%) dan usia 30-35 tahun (15,96%). Pendengar podcast di Indonesia yang didominasi oleh anak muda, sebagian besar tinggal di Pulau Jawa, dengan persentase sebesar 80,57%. Jadi persepsi bahwa generasi millenial adalah generasi penonton, sebetulnya tidak terlalu tepat klaimnya.

Sebuah data lain menunjukkan, bahwa 67,97% masyarakat sudah mengenal apa itu podcast dan 80,82% diantara mereka pernah mendengar podcast selama 6 bulan terakhir. Meski angka persentasenya tinggi, namun hanya ada sekitar 43,23% responden saja yang sangat tertarik untuk mendengarkan podcast secara berkala, dan sisanya, sebesar 50,63% menyatakan belum yakin dengan konten yang disajikan dalam podcast.

Meski beberapa responden belum yakin, namun yang mengejutkan, jumlah pendengar podcast ternyata melampaui dari jumlah pendengar radio, yakni sebesar 25,29% untuk podcast dan 17,98% untuk radio. 

Prosentase sisanya, sebesar 56,73% mendengarkan podcast dan juga siaran radio secara kontinu sebagai sumber utama audionya. Tingginya angka pendengar podcast, membuat beberapa aplikasi pemutar suara juga ikut masuk ke dalam lingkaran riset ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun