Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Jawaban Atas Alasan Mie Rebus Warkop Lebih Enak

23 Juni 2020   08:06 Diperbarui: 29 Maret 2022   01:40 6533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mie instan yang tersusun di warung burjo. (Foto: Bintaro Design District 2019/Eko Prawoto via kompas.com)

Semua hidangan lezat berawal dari preferensi individu yang berubah menjadi sugesti kolektif. Sama halnya dengan mie instan rebus. 

Mie instan rebus. Siapa yang tidak tertarik dan tidak berselera ketika disuguhkan oleh hidangan yang satu ini. 

Harga yang murah, mudah ditemukan, proses memasak yang singkat, bumbu yang menyesuaikan dengan cita rasa lokal dan lainnya, adalah yang membuat mengapa mie instan rebus begitu dicintai oleh semua umat. 

Kecintaan masyarakat yang begitu besar terhadap mie instan rebus menimbulkan begitu banyak sekali fenomena kuliner yang di bentuk dalam perspektif yang sangat kaya. 

Mulai dari adanya inovasi mie instan rebus dengan rasa dan harga kelas atas; muncul perdebatan terkait dengan cara yang elegan dalam urusan memasak serta penyajian; makin variatifnya rasa mie instan rebus dengan cita rasa lokal dan masih banyak lagi.

Membahas sebuah mie instan rebus saja, menurut penulis tidak akan pernah memiliki ujung, karena mie instan rebus menjadi panganan yang ramah terhadap segala bentuk inovasi dan kreativitas. 

"Muncul sugesti yang terpelihara di masyarakat, jika kepiawaian memasak mie instan rebus aa dan teteh warmindo adalah sesuatu yang tidak perlu diragukan."

Sebagai salah satu orang yang sangat suka makan mie instan rebus lengkap dengan telur, sayur sawi dan irisan cabe rawit merah, ada sebuah pertanyaan yang selalu membuat penulis penasaran terhadap panganan sejuta umat ini. 

Pernahkah anda membaca sebuah artikel terkait mitos jika mie instan rebus buatan warkop atau warmindo lebih enak? Penulis rasa, semua orang tentu mengerti mitos yang satu ini.

Ada banyak sekali artikel yang sudah pernah membahas fenomena ini. Kebanyakan, artikel-artikel tersebut menyebutkan kesimpulan yang cukup seragam, yakni teknik memasak

Ilustrasi dari sajian mie instan rebus| today.line.me
Ilustrasi dari sajian mie instan rebus| today.line.me

Memang betul jika teknik memasak memainkan kunci penting dalam menghasilkan sebuah panganan yang lezat. Namun, persoalan teknik memasak tidak akan pernah lepas dari urusan aspek sosial budaya. 

Lalu, mengapa persoalan sosial budaya harus masuk ke dalam semangkuk mie instan rebus dan sampai-sampai bisa menimbulkan sebuah mitos yang langgeng di jagat kuliner urban? Untuk bisa mendapatkan jawaban yang kredibel, penulis bertemu dengan Kang Edi dan Kang Ade. 

Mereka berdua adalah karyawan Warmindo di Yogyakarta. Warung tempat mereka bekerja bernama Warmindo Kabita yang terletak di Jl. Perkutut GK I, Demangan, Yogyakarta.

Edi dan Ade menceritakan banyak hal kepada penulis terkait mengapa mie instan rebus buatan warmindo atau warkop lebih enak daripada dimasak sendiri. 

Mereka berdua mengakui sering ditanya oleh banyak pelanggan, terkait mengapa mitos ini bisa muncul hingga menjadi sangat populer. Ketika ditemui saat jam santai sore, 

Edi menceritakan sebuah teknik memasak mie instan rebus yang ideal menurut versinya. Teknik memasak mie instan rebus versinya tidak jauh berbeda seperti memasak mie instan rebus pada umumnya. 

Namun, ada tata cara tertentu yang seringkali diabaikan, yakni memasukan mie terlebih dahulu baru airnya. Menurut Edi, cara ini efektif untuk bisa mendapatkan rasa kuah yang nikmat. 

Dengan masuknya mie terlebih dahulu ke dalam panci maka air yang dibutuhkan bisa diukur dan disesuaikan penggunaannya. Air yang dipakai untuk memasak, idealnya tidak melebihi permukaan permukaan mie atau tidak membuat mie sampai benar-benar tertutup air.

“Jadi mas, kalau mienya ke tutup air itu yang ada malah ga bisa kental kuahnya. Karena kan kalau mie instan itu tepungnya bisa keluar kalau kena air mendidih dan biasanya banyak banget, nah itu yang bikin kenapa banyak orang ngomong kalo mie instan rebus warkop atau warmindo lebih enak”, tutur Edi.

Selain itu, Edi juga menceritakan satu hal lagi yang sering diabaikan oleh semua orang, yakni bumbu mie instan tidak boleh dicampur bersamaan dengan kuah mie ketika campuran mie, sayuran dan telurnya sudah matang.

Seharusnya, bumbu mie instan dicampur ke dalam mie yang sudah masuk ke dalam mangkuk dan belum diberi kuah. Alasannya adalah agar kuah dari rebusan mie benar-benar bisa meresap betul ke dalam campuran bumbu dan mie. Jika kuahnya terlalu banyak, maka bisa jadi bumbunya tidak bekerja.

Maka dari itu, kalau kita sering melihat proses memasak mie instan rebus di beberapa warmindo atau warkop, seringkali kita melihat sang juru masak menggunakan garpu untuk memindahkan mie, sayuran dan telur dari panci ke mangkuk, baru bumbunya dimasukan ke dalam. 

Setelah itu, air rebusan mie baru dimasukan sedikit demi sedikit. Dengan begitu, tampilan dari mie rebus akan terlihat lebih kental dan seolah-olah seperti dimasak dalam kurun waktu yang lama.

“Tapi itu ga semua warmindo kayak begitu masaknya mas. Setahu saya ada tiga cara lain yang biasa dipakai warmindo buat masak mie instan. Ada yang bumbunya langsung campur pas mie sama bahan lain dimasak, ada yang kuahnya dibuang terus dicampur air panas, sama yang terakhir, kayak teknik saya ini”, terang Edi.

Salah satu kenampakan dari Warmindo di Yogyakarta| goodnewsfromindonesia.id 
Salah satu kenampakan dari Warmindo di Yogyakarta| goodnewsfromindonesia.id 

Teknik memasak mie instan rebus menurut penuturan Edi memang memiliki variasi. Namun, variasi teknik memasak tentunya tidak terlepas dari persoalan sosial budaya. 

Ade yang menjadi rekan kerja dari Edi menjelaskan bahwa persoalan mengenai perbedaan teknik memasak mie instan rebus bersumber dari preferensi masyarakat di suatu lingkungan dalam mengkonsumsi mie instan rebus.

Perbedaan preferensi ini dipicu oleh berbagai macam faktor, mulai dari alasan kesehatan, selera lidah hingga efisiensi waktu. Sebagai contoh, menurut penuturan Ade antara jarak warmindo satu dengan yang lain memiliki teknik memasak yang sudah berbeda-beda.

“Ada beberapa warmindo yang pakai kuah dari air panas karena hampir rata-rata pelanggannya percaya kalau kuah mie instan itu ga sehat. Ada juga warmindo yang rata-rata pelanggannya seneng sama mie kuah kental karena kebanyakan dari mereka itu mahasiswa perantauan yang suka makanan gurih gitu”, tutur Ade

 Meski perbedaan cara memasak menjadi suatu hal yang mencolok, namun menurut hasil analisis penulis disinilah letak yang membuat mengapa mie instan rebus buatan warmindo atau warkop sering diklaim terasa lebih enak. 

Penilaian masyarakat jika mie instan rebus warmindo atau warkop lebih enak sejatinya berasal dan dibentuk secara kontinu dari perbedaan preferensi para pelanggan akan bagaimana idealnya mie instan rebus itu menurut mereka. 

Perbedaan preferensi ini kemudian berkembang, dari suatu selera individu menjadi selera makan kolektif yang bisa dilihat dari varian teknik memasaknya.

Varian teknik memasak adalah cerminan dari bagaimana para pelaku usaha ini mencoba untuk mencari jawaban dalam menarik minat pelanggan agar bisa mendapatkan sensasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan. 

Sehingga, alasan mengapa mie instan rebus buatan warmindo atau warkop lebih enak daripada buatan sendiri adalah karena persepsi ini dibentuk berdasarkan selera kolektif yang kemudian dirubah ke dalam sebuah praktek yang memasak yang terus disempurnakan oleh para aa dan teteh warmindo. 

Penyempurnaan teknik ini dipengaruhi oleh tingginya jam terbang mereka dalam memasak yang membuat mereka dapat dengan mudah mengetahui cara terbaik untuk membuat dan menyajikan semangkuk mie instan rebus yang lezat.

“Jadi kan tadi itu ada tiga cara masak, kalau di warmindo ini kebanyakan pelanggan lebih cocok sama gaya masak mie rebus saya. 

Tapi, namanya juga pelanggan mas, ya kita ikut aja maunya kayak gimana, jadi mau ga mau kita harus belajar buat bisa masak tiga cara itu sekaligus yang sebetulnya rasanya bakal sama aja, tapi dari situ pelanggan jadi suka kalau cara memasaknya sesuai harapan”, terang Ade.

Jadi, klaim soal mengapa mie instan rebus di warmindo atau warkop itu lebih enak memang bersumber dari teknik memasaknya. Tetapi, teknik memasak ini tidak ujug-ujug datang begitu saja. 

Melainkan datang bersamaan dengan tumbuhnya preferensi masyarakat yang berubah menjadi idealisme dalam bagaimana seharusnya mie instan rebus itu dimasak. 

Persoalan idealisme kuliner ini kemudian diserahkan kepada ahli masak setempat, yakni aa dan teteh warmindo yang kemudian harus belajar dalam memenuhi semua bentuk idealisme kuliner yang beraneka ragam.

Tingginya jam terbang membuat mereka bisa untuk memenuhi semua bentuk idealisme itu ke dalam teknik memasak yang variatif. 

Dari sinilah muncul sugesti yang terpelihara di masyarakat, jika kepiawaian memasak mie instan rebus aa dan teteh warmindo adalah sesuatu yang tidak perlu diragukan karena mereka berhasil menemukan formula untuk menciptakan hidangan mie instan rebus yang nikmat dan sesuai dengan ekspektasi. 

Sugesti ini kemudian berkembang menjadi sesuatu pandangan yang paten, jika mie instan rebus warmindo atau warkop lebih enak daripada masak sendiri di rumah.

Jadi, terimakasih kepada aa dan teteh warmindo atau warkop yang sudah mau bekerja keras untuk memenuhi apa selera mie instan rebus yang diinginkan oleh masyarakat luas. 

Tanpa keahlian dan dedikasi yang besar dari aa dan teteh warmindo atau warkop, mungkin mie instan rebus hanya akan menjadi hidangan yang biasa saja dan mungkin tidak akan pernah ada pertanyaan, mengapa mie instan rebus di warmindo atau warkop itu lebih enak daripada masak di rumah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun