Budiman Tanuredjo mengingatkan kita dalam artikelnya bahwa sumpah DPR yang mengandung teks “memperjuangkan aspirasi rakyat yang mereka wakili” sudah lama hanya menjadi teks mati. Apa kita masih bisa berharap mereka sungguh-sungguh memperjuangkan nasib ojol?
Padahal, kalau ada lembaga yang bisa melahirkan UU baru tentang status ojol, itu ya DPR. Tapi belakangan ini, mereka malah lebih sibuk urusan harta dan tahta, bukan aspirasi rakyat.
Kalau Budiman bilang bangsa ini kehilangan “muazin”, alias tokoh moral seperti Hatta, Agus Salim, Gus Dur, kita juga kehilangan legislator yang benar-benar peduli pada rakyat. Kita butuh satu saja yang berani berdiri dan berkata: “Ojol adalah pekerja, mereka berhak atas perlindungan dan kesejahteraan.”
Indonesia Butuh Pahlawan Baru
Kasus Affan membuat banyak orang sedih. Tapi kesedihan tidak cukup. Kita butuh keberanian, baik dari perusahaan, dari pemerintah, maupun dari DPR. Krisis ini tidak akan selesai kalau semua pihak terus fobia seperti yang Rahardi tuliskan, terus sandiwara seperti yang Tempo katakan, dan terus menipu diri sendiri dengan sumpah kosong seperti yang Budiman ingatkan.
Indonesia butuh pahlawan baru yang berani membuat keputusan dengan menjadikan ojol bukan sekadar “mitra”, tapi pekerja dengan hak penuh yang membawa kesejahteraan. Kalau tidak, kita akan terus berputar dalam lingkaran krisis keberanian, hukum, dan moral. Dan ketika tragedi berikutnya terjadi, jangan salahkan siapa-siapa selain diri kita sendiri yang diam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI