Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bu Renggo

23 Maret 2021   20:23 Diperbarui: 23 Maret 2021   20:49 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bu Renggo

Siapa tak kenal nama itu? Warga di komplek Beringin sangat mengenal sosok ibu setengah baya ini. bahkan anak-anak kecil pun mengenal beliau. Jika ada orang yang menanyakan rumah Bu Renggo, mereka langsung menunjukkan rumah bercat hijau itu. terkadang mereka rela meninggalkan permainan yang sedang mereka lakukan bersama kawan-kawannya, demi menunjukkan rumah Bu Renggo.

Rumah Bu Renggo memang nampak mencolok dibandingkan dengan rumah lain di komplek. Rumah yang besar, dengan halaman yang luas. Cintanya terhadap lingkungan membuat pekarangannya banyak ditumbuhi tanaman. Tanaman itu tidak tumbuh dengan sendirinya. Ia rajin menanam dan merawatnya. Sering ia menyisihkan uang untuk membeli tanaman bunga kesukaannya. Hal yang membuat suaminya tak suka, tetapi Bu Renggo tetap melaksanakan niatnya. Kalau sudah suka, apa pun akan dikorbankan. Ia rela makan seadanya, demi sebuah tanaman bunga.

Lama-kelamaan suaminya tak pernah berkomentar jika Bu Renggo membeli tanaman. Kesukaan  istrinya telah membuktikan bahwa memang banyak gunanya. Lingkungan rumah menjadi asri, sejuk, indah dipandang mata. Bahkan Pak Renggo sekarang mendukung kesukaan istrinya itu. suatu ketika tanpa sepengetahuan Bu Renggo, ia membeli satu pot tanaman seharga 75 ribu. Tanaman yang sedang digilai oleh banyak wanita, padahal dulu tak pernah dilirik. Ternyata sekarang sangat terkenal, mengalahkan mawar dan anggrek yang sudah terkenal sejak lama.

Sore itu Bu Renggo dan suaminya sedang duduk santai di teras rumah.  Dua gelas teh hangat terhidang di meja. Beberapa pisang rebus ikut menemani obrolan mereka berdua. 

"Bu, bagus ya bunga itu?"

"Yang mana?"

"Yang itu tuh, di pot putih paling ujung."

"Oh, itu. Iyalah harganya juga mahal kok."

"Memangnya kalau bagus pasti mahal harganya?"

"Enggak juga sih Mas. Senyumu bagus, tapi tidak mahal kan? Bahkan sering diobral ke tetangga sebelah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun