Jangan Nangis Ma
Aku melongok ke kamar. Tak kutemukan lagi sosok yang tidur melingkar. Yang matanya terpejam, namun tangannya tetap memegang komik. Dora Emon menjadi teman tidurnya sejak sebulan yang lalu, walaupun ia bukan lagi anak-anak. Kini tinggal kasur yang kempet, sprei yang belum diganti, bantal yang masih bau keringatnya. Dora emon sudah rapi di tempat persembunyiannya, di dalam 2 kotak plastik. Entah kapan lagi kotak itu akan terbuka.
Pagi ini penghuni kamar telah meninggalkan tempatnya, setelah sebulan berdiam di situ. Waktu sebulan cukup lama untuk sebuah penantian, tetapi terasa singkat untuk sebuah pertemuan. Dia  telah keluar masuk kamar itu selama sebulan. Mulai awal Desember menjelang libur natal, hingga pertengahan Januari. Banyak hal yang ia lakukan di rumah. Selain pekerjaannya sendiri, dia juga melakukan pekerjaan rumah untuk membantuku. Kadang ngepel lantai, mencuci baju, menyapu, atau sekedar mengelap piring. Namun dengan adanya dia di rumah, terasa ringan pekerjaanku. Bahkan dulunya yang ia sering menggerutu saat kuberi tugas menyapu, kini ia melakukannya sendiri tanpa kusuruh. Halaman rumah tetangga juga ikut dibersihkan, tempat di mana dulu ia sering bermain bersama adiknya.
Setelah tertunda selama seminggu akhirnya pada hari ini ia meninggalkan rumah, kembali ke tempat dia bekerja. Sehari sebelum keberangkatannya, ia menderita stres yang mengakibatkan asam lambungnya naik. Tes Anti gen, yang merupakan persyaratan agar bisa bepergian telah membuat dirinya cemas. Dari pagi ia termenung saja, membayangkan bahwa hidungnya akan dicucuk (begitu istilah dia). Hal yang lebih menakutkan daripada suntik. Tetapi hal itu memang harus dipatuhi, kalau tidak pastilah ia dilarang terbang bersama pesawat hijau itu.
Akhirnya dengan berbekal sedikit keberanian dan beberapa kecemasan, ia pergi ke Puskesmas untuk melakukan tes anti gen. yang terjadi memang ia merasa sakit di hidungnya. Tetapi itu tak berlangsung lama. Beberapa saat setelah itu rasa sakit itu hilang. Dan ia kembali bisa tertawa-tawa, sembuhlah sakit asam lambungnya.
"Jangan nangis Ma," itu pesannya saat berpisah. Ya sudahlah, kusimpan air mataku. Aku tak mengikuti anjurannya untuk tidak menangis. Aku tersenyum melepas kepergiannya. Semoga selamat sampai tujuan ya anakku.