Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suara Itu

4 Januari 2021   04:22 Diperbarui: 4 Januari 2021   04:49 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara Itu ...

"Tok-tok-tok," kudengar suara penokok beradu dengan paku dan kayu. Aku melirik ke arah jam dinding.

"Oh....pukul 23.00. siapa  malam-malam begini masih bekerja?" kataku dalam hati. Kusingkapkan  tirai jendela untuk melihat keluar. Bayangan hitam segera menyergap pandanganku. Bulu kudukku berdiri tanpa kuminta. Segera kututup tirai jendela,  kuhilangkan rasa takut dengan meneguk segelas air hangat di dapur.

Kudengar lagi suara seperti tadi. Bahkan semakin sering dan semakin panjang. Rasa takut semakin bergelayut. Tetapi rasa ingin tahu juga berhamburan. Uh .....bagaimana ini, rasa mana yang harus kuberi prioritas?

Aku kembali menyingkap tirai jendela. Kali ini gerakanku sangat pelan. Antara rasa takut  dan ingin tahu kuaduk saja, biar timbul rasa baru bernama keberanian. Tetapi ternyata bulu kudukku berdiri lagi. Jantungku berdetak dua kali lebih cepat. Jangan-jangan aku akan melihat hantu seperti waktu masih SD. Wah, ngeri juga kalau kejadian itu terulang lagi.

Bayangan hitam kulihat lagi saat kusingkapkan tirai itu. sepertinya seorang laki-laki kurus. Aku hanya melihat punggungnya saja. Kepalanya memakai topi, yang juga kelihatan hitam.

"Orang apa hantu ya?" pikiran dan perasaanku tak menentu. "kalau orang, masa iya sih jam segini masih kerja.? Ini kan waktu istirahat?"

'Hwua...."

Aku dikagetkan oleh suara keras dari bayangan hitam itu, yang dengan cepat membalikkan badannya. Semua berubah menjadi pekat. Bayangan itu lenyap, tetapi suara itu masih kudengar. Aku merasakan kengerian yang luar biasa. Secara reflek kututup tirai jendelaku. Badanku gemetar. Aku ingin cepat berlalu, ingin segera masuk kamar tidur, dan berselimut rapat.  Lampu yang padam seketika menambah suasan semakin mencekam. Aduh .....aku menabrak  meja, kursi, juga pintu. Barang yang ada di sekitarku menjadi korban ketakutan dan kebingunganku. "Oh Tuhan, aku takut sekali, tolong...!"

Pagi itu, kudengar suara pintu diketuk. Aku segera membukanya.

"Bu, saya mau minta obat luka," kata seorang bapak di depan pintu. Beliau adalah tetangga baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun