Mohon tunggu...
Okty Setianingrum
Okty Setianingrum Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi FISIP UAJY 2017

Halo! Saya sangat suka menulis sejak kecil.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengenal Lebih Dekat dengan Media Baru

24 Agustus 2019   14:05 Diperbarui: 27 Agustus 2019   14:19 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: IT-jurnal.com

Simulasi dapat diartikan sebagai 'imitasi' atau 'representasi'. Dalam hal ini, simulasi merupakan imitasi atau representasi dari sesuatu, baik objek maupun peristiwa yang ditambahkan dengan efek dramatis. Hal ini dapat kita temui dari penggunaan teknologi CGI dalam pembuatan film. 

Media Baru sebagai Hasil dari Revolusi 

Media baru berasal dari hasil transformasi media lama yang merupakan usaha dari menjawab tantangan era teknologi saat ini. Bentuk transformasi ini mungkin kita kenal sebagai salah satu revolusi media. Namun, tidak dipungkiri juga bahwa media baru berasal dari hasil teknologi digital. 

Walaupun begitu, kita sering melihat media baru sebagai sesuatu yang baru dan tidak berasal dari transformasi media lama. Hali ini terjadi karena ketika media baru tersebut diperkenalkan, kita melihatnya sebagai sesuatu yang baru. Cara terbaik untuk mengetahui suatu media baru adalah dengan melakukan studi sejarah atas media baru tersebut untuk memahami perubahan sifat media. 

Media Baru sebagai Media Post-Modern

Saat ini, perkembangan teknologi telah membawa manusia ke tingkat lain. Jauh sebelum media baru muncul, manusia masih melukis di dinidng goa dan oleh Howard Rheingold (1991) percayai sebagai cikal bakal dari kehadiran mesin faks, jaringan komputer, satelit komunikasi dan telpon seluler. Perkembangan kemudian berlanjut ketika fotografi berkembang menjadi telematika dengan melalui tahapan-tahapan. Hingga saat ini, kita merasakan era media baru yang merupakan media 'post-modern' yang berarti memiliki kontribusi pada perkembangan sosial-budaya.

Ketidakpuasan akan Media 

Sumber: digitaldealer.com
Sumber: digitaldealer.com

Kehadiran media baru dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya memudahkan namun juga dianggap sebagai bentuk proses kemajuan. Hal ini bisa saja disebabkan karena adanya motivasi atas rasa ketidakpuasan akan media lama.  Misalnya, sebelum kemunculan teknologi digital, TV dianggap sebagai objek yang buruk karena membuat seseorang menjadi pasif atau pemalas. Sementara itu, pengguna media interaktif justru memiliki peranan dalam menavigasi dan memilih. 


Pada pertengahan abad ke-20, muncul rasa ketidakpuasan terhadap penggunaan dan implikasi budaya dan politik dari media penyiaran oleh kritikus aliran Frankfurt. Mereka justru berpendapat bahwa media baru yang berbeda menjadi media yang tepat dalam mengatasi masalah sosial dan budaya mereka. 

Dalam memahami bagaimana suatu media baru diterima dan dievaluasi, kita harus memperhatikan nilai budaya apa yang telah diinvestasikan oleh media lama dan melibatkan pertimbangan nilai-nilai tersebut, dan kemudian kita harus memahami secara konkret terkait benda dan produk-produk media tertetntu apakah melibatkan konotasi budaya yang buruk atau tidak. 

We live in this very weird time in history where we’re passive recipients of a very immature, noninteractive broadcast medium. Mission number one is to kill TV. (Jaron Lanier, quoted in Boddy 1994: 116)

Arah Media Baru

Terdapat dua paradigma yang berbeda tentang media baru, yaitu paradigma McLuhan dengan paradigma Raymond Williams. McLuhan berpendapat bahwa media mengubah segalanya di mana media menentukan kesadaran sehingga kita mengalami perubahan yang mendalam. Sedangkan, Williams berpendapat bahwa tidak ada jaminan perubahan sosial dan budaya yang disebabkan oleh teknologi. 

Secara lebih jelas, Williams berpendapat bahwa media hanya akan mempengaruhi proses dan struktur sosial yang sudah ada serta melakukan reproduksi pada pola penggunaan untuk mempertahankan kekuasaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun