Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Gunung Merapi Kesuburan Tanah, Empat Musim dan Perjuangan Berkebun di Jerman

12 Maret 2023   16:04 Diperbarui: 15 Maret 2023   03:23 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman cabe hasil perjuangan panjang | Foto iin

Gunung berapi membuat subur negeriku

Berita tentang erupsi Gunung Merapi di Magelang, Jawa Tengah dan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sampai di Jerman. Hujan abu dan gelap bak malam hari terjadi di Magelang.

Aliran lahar melewati sungai Krasak, Gendol dan sungai-sungai lain. Kedua sungai yang saya kenal sekali, karena rumah simbah kami di Salam Magelang pinggir sungai Krasak. Sedangkan kami pernah tinggal di pinggir sungai Gendol saat ibu masih berdinas sebagai bidan di kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Bahkan sawah dan kolam ikan simbah pernah hilang diterjang banjir lahar.

Negeri yang subur karena berada di negri yang memiliki 127 gunung berapi yang masih aktif. Negeri dengan gunung berapi terbanyak di dunia.

Abu vulkanis yang disemburkan gunung berapi membuat subur tanah airku. Abu vulkanis yang mengandung banyak mineral yang dibutuhkan tanaman, misalnya Sulfur dan Fosfor.

Orang- orang Jerman heran mengapa kami tetap tinggal di negeri penuh bahaya. Bahaya letusan gunung berapi dan erupsi yang datang sewaktu-waktu.

Saya katakan kepada mereka bahwa saya  lahir dan besar di daerah tersebut , bencana tersebut merupakan bagian dari hidup kami. Tanah subur yang memberikan banyak berkat dan rejeki.

Perjuangan berkebun di Jerman

Beda dengan di tanah air yang tanahnya subur. Di Jerman hanya ada satu gunung berapi yang dikenal, yaitu Eifel. Eifel terletak di daerah Trier, sebelah barat daya negara bagian Rheinland-Pfalz.

Letusan terakhir dari gunung Eifel ini pun sudah 11.000 tahun yang lalu. Mungkin inilah salah satu penyebab ketidak suburan tanah di Jerman.

Betapa enak dan manjanya saya waktu di tanah air,  menanam pohon apa saja tumbuh. Misalnya pohon pisang. Saat masih kecil sering membantu mbah putri bekerja di kebun. Memisahkan dan memindahkan anak-anak pohon pisang supaya tidak terlalu berdempetan.

Biasanya simbah menaruh pohon pisang di bekas lubang pembuangan sampah daun. Pohon pisang ditanam begitu saja dan tidak harus selalu disiram setiap hari dan tidak harus selalu memberi pupuk ektra. Pohon pisang tersebut tumbuh subur dan berbuah.

Beda dengan di Jerman, waduh, selain tanah yang tidak subur, jarang hujan, dan hanya empat musim.

Masa tanam hanya dari O ke O yaitu dari Ostern atau Paskah yang berada di musim semi sampai O, Oktober di musim gugur.

Hanya di bulan-bulan ini bisa berkebun dan bertanam di alam bebas. Karena Ostern yang biasanya jatuh di bulan April berarti sebelum bulan April tanah sudah harus disiapkan. Tanggal 21 Maret merupakan tanggal Fruelingsanfang atau tanggal resmi musim semi tiba.

Sinar matahari dan hangat matahari

Mulai tanggal 21 Maret, udara pelan-pelan menghangat. Suhu udara pada siang hari sudah mulai berada di atas 10 derajad. Pada bulan ini bunga Krokus, warna- warni mulai bermunculan. Bunga Osterglocken atau Narziesen berwarna kuning mulai menampakkan keindahannya.

Bila musim gugur tahun lalu rajin dan tidak lupa menanam bawang bunga- bunga tersebut, tahun ini akan menikmati keindahannya.

Hal- hal inilah yang harus dengan sadar aku pelajari. Kapan memulai menanam supaya tepat waktu menikmati hasilnya.

Bunga Tulip yang terkenal itu, bawangnya juga sudah harus ditanam musim gugur atau paling lambat akhir Oktober tahun lalu supaya keindahan Tulip bisa dinikmati tahun ini.

Tahun lalu, saya pulang dari tanah air dan membawa bibit tanaman dari cabe, pare sampai kangkung. Bibit ini sudah saya tanam sejak Natal. Bibit cabe saya tabur di pot dan saya letakkan di pinggir jendela supaya mendapat sinar matahari yang cukup.

Matahari yang cukup saja tidak cukup, ternyata tanaman juga memerlukan kehangatan. Pot pembibitan selain saya letakkan di pinggir jendela, ada di atas Fensterbank atau bangku pinggir jendela yang di bawahnya terletak Heizung atau pemanas ruangan.

Bisa dibayangkan, dari Natal berarti akhir bulan Desember, tetapi sampai saat ini, bulan Maret, benih itu masih kecil banget. 

Menurut pengalaman, bila suhu di luar sudah menghangat benih inipun akan segera tumbuh dengan cepat dan siap dipindahkan ke pot-pot kecil yang lainnya.

Baru dipisahkan dan dipindahkan di pot- pot dan masih tetap di dalam rumah, di pinggir jendela.

Belum di tanam langsung di luar, karena meskipun siang sudah hangat malam suhu masih sering di bawah nol derajad. Bila suhu di bawah nol, tanaman bisa mati.

Selain itu masih bisa terjadi tanah membeku yang mengakibatkan tanaman-tanaman muda tersebut mati.

Nanti sesudah Ostern, masa Paskah atau bulan April baru berani memindahkan di tanah.

Tanah ini pun selain sudah harus digemburkan dahulu sebelumnya sudah saya beri pupuk kandang.

Pupuk kandang saya peroleh dari seorang teman yang memiliki kuda. Saya boleh mengambil kotoran kuda untuk memupuk kebunku supaya subur dengan gratis.

Orang Jerman menyebutnya Pferdeapfel untuk menyebut kotoran kuda, kalau diterjemahkan berarti apel dari kuda.

Dulu saat saya belum mengerti bahwa selain waktu yang tepat dan pupuk yang cukup saya menanam di tempat yang salah.

Saat itu saya menanam cabai. Saya heran, mengapa semua tanaman cabai yang saya tanam tidak ada yang berbuah, hanya hijau daun dan bunga. 

Setelah diamati dan berdiskusi dengan suami dan teman- teman lain yang juga suka berkebun, ternyata tempat yang saya tanami tidak cukup matahari.

Kemungkinan lain, saya terlambat menyemai biji cabai. Keterlambatan ini menyebabkan bunga cabai tidak menjadi buah karena udara sudah terlalu dingin.

Tidak heran bunga yang saya tanam di depan rumah selalu berbunga banyak sekali sedangkan yang berada di belakang rumah tidak.

Ternyata, tanamanku kurang matahari, apalagi di Jerman mungkin matahari cukup bersinar dari jam 8.00 sampai jam 19.00 malam baru terbenam bila musim semi, tetapi belum cukup hangat, masih sekitar 10 derajad.

Pernah saya mencoba membawa masuk ke dalam rumah tanaman cabai, pepaya dan tomat. Saya menyangka tanaman tersebut tidak mati di dalam rumah yang hangat. Eh…mati juga. 

Membuat saya teringat negriku Indonesia, selain matahari berlimpah ruah tanah subur makmur dan airpun gemericik berlimpah menyirami segala tanaman di negriku.

Pengairan

Ladang membentang di pinggir desa kami, tetapi tidak ada suara gemericik air irigasi seperti layaknya sawah- sawah di tanah air.

Saya bilang ke suami, daerah- daerah tanpa irigasi yang baik seperti di ladang di Jerman ini, kalau di Indonesia sudah termasuk daerah tandus dan biasanya daerah miskin.

Air di Jerman tidaklah berlimpah seperti di Indonesia. Tidak ada musim penghujan seperti di tanah air. Hujan sepanjang tahun ada tetapi hanya sedikit.

Pernah kami mendapat kunjungan sepupu  dan anak- anaknya yang masih kecil dari Indonesia. Saat itu hujan, suami memanggil masuk keponakan yang lagi main bola di halaman.

"Ayo masuk hujan," kata suami.

“Pak de Jurgen, ini kan geremis, bukan hujan."

Bunga Krokus, bunga pertama di musim semi. Foto Korina Neef
Bunga Krokus, bunga pertama di musim semi. Foto Korina Neef

Kami semua tertawa, karena memang benar, di Jerman hampir tidak pernah terjadi hujan lebat seperi di Indonesia. Hujan di sini ya hujan kecil- kecil atau seperti gerimis saja.

Oleh karena itu kami sengaja memiliki penampungan air hujan untuk menyiram tanaman di kebun kami, supaya tidak harus menggunakan air ledeng yang mahal.

Jadi kalau dipikir- pikir dan dihitung- hitung, berkebun di Jerman rugi. Rugi karena untuk menikmati hasil panen diperlukan perjuangan yang panjang, melelahkan dan mahal.

Misalnya untuk menikmati tomat. Tomat di supermarket satu kilogram seharga 4 Euro. Untuk menanam dan memelihara tomat supaya menghasilkan satu kilogram, menghabiskan air, pupuk dan perawatan berapa bulan seharga jauh di atas 4 Euro. 

Jadi berkebun di Jerman, benar- benar hanya hobi dan untuk refresing bukan untuk mencari keuntungan. Kepuasan dan kebahagiaan berkebun penting untuk saya jadi meskipun dari segi finansial rugi, saya tetap berkebun.

Semoga erupsi gunung Merapi tidak berkepanjangan dan tidak menelan korban Jiwa. Semoga negeriku dilindugi dari segala bencana. 

Tomat membutuhkan banyak air dan cukup sinar matahari | Foto iin
Tomat membutuhkan banyak air dan cukup sinar matahari | Foto iin

Anggrek berbunga karena cukup matahari dan di atas Heizung atau alat pemanas | Foto iin
Anggrek berbunga karena cukup matahari dan di atas Heizung atau alat pemanas | Foto iin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun