Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pantang dan Puasa sebagai Rasa Solidaritas Sesama yang Menderita

16 April 2022   23:56 Diperbarui: 17 April 2022   06:34 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebih banyak naik sepeda dari pada naik mobil atau sepeda  motor(foto Brauneberg)

Sabtu Sepi 

Hari ini, Sabtu Sepi, orang Jerman menyebutnya Karsamstag.  Karsamstag dari kata Kara yang berarti Trauer atau duka. Hari Sabtu duka karena Yesus kemarin  wafat di kayu salib.

Hari ini merupakan hari terakhir hari pantang. Seperti telah banyak ditulis teman- teman kompasiana, saat ini puasa orang Katholik hampir bersamaan dengan puasa saudara  Muslim. 

Kami telah memulai puasa sejak Rabu Abu, tanggal 2 Maret 2022 yang lalu. Besuk pagi Minggu Paskah puasa orang Katholik telah selesai, genap 40 hari.

Paskah, Yesus bangkit dari kematian. Merupakan saat dan Moment yang sangat penting bagi umat Katholik. Bahkan Paskah merupakan hari raya terpenting dan terbesar di antara hari raya - hari raya lainnya.

Thema yang di tawarkan Kompasiana tentang  Puasa dan Pantangku. Untuk itu saya ingin sedikit berbagi pengalaman tentang Puasa dan Pantangku.

Puasa 

Seperti sudah ditulis teman- teman Kompasiana lain, bahwa puasa Katholik, wajib bagi orang dewasa mulai Rabu Abu dan setiap hari Jumat sampai Minggu Paskah.
Puasa, berarti   makan sehari satu kali.
Sedangkan selain hari Rabo Abu dan selain hari Jumat merupakan hari Pantang.
Tetapi bagi yang ingin total berpuasa dari Rabo Abu sampai Paskah kecuali hari Minggu, silakan.

Saya katakan kecuali hari Minggu, karena hari Minggu Hari untuk Tuhan, hari di mana Kristus bangkit.
Jadi meskipun di masa puasa, hari Minggu bukan hari puasa.

Pantang

Pantang, menurut kamus bahasa Indonesia, dengan sengaja menghindari.

Jadi selama 40 hari sejak Rabo Abu sampai hari ini, Sabtu Sepi, merupakan hari Pantang.

Misalnya, saya sengaja pantang  dengan tidak makan daging, pantang dengan tidak makan, makanan yang manis- manis, pantang tidak menonton televisi, pantang tidak naik mobil, pantang tidak main Gadged dan lain sebagainya.

Pantang dan puasa ini, merupakan suatu bentuk doa. Pantang dan puasa sebagai ungkapan  rasa syukur, sebagai tanda penyesalan dan silih atas kesalahan dan dosa dan berniat untuk bertobat dan memperbaiki diri.

Pantang di masa Pandemi

Pada masa pandemi, saya kira kitapun sudah banyak melakukan pantang.  Pantang bertemu dengan orang tua kita. Di Jerman saat itu sangatlah berat.
Pantang menjenguk suami, istri, orang tua kita sendiri yang sedang sakit di rumah sakit, di rumah  jompo.

Masa awal pandemi amatlah berat. Banyak orang- orang yang kita cintai sakit, menderita dan meninggal dalam kesunyian. Tanpa sentuhan dan pelukan dari orang- orang terkasih. Saya kira saat itu di Tanah Airpun juga demikian.

Bersyukur, karena vaksin semua menjadi lebih baik. Bahkan bulan lalu suami sempat di rumah sakit dan saya, istrinya boleh menjenguk meski hanya 1 jam setiap hari.

Pantang tidak naik mobil atau sepeda motor

Kembali ke Pantang. Pada masa Paskah kali ini saya pantang untuk sedikit mungkin mengendarai mobil, selain pantang daging.

Yach... saat ini di mana harga bensin dan bahan bakar semakin naik dan tidak tahu apakah akan turun lagi.

Dengan pantang naik mobil, saya lebih fit karena banyak jalan kaki atau naik sepeda.

Di Jerman pantang naik mobil dan sepeda motor tidaklah susah. Justru mendapat dukungan dari pemerintah.

Sejak pandemi, di buat tambahan jalur sepeda, sehingga aman dan nyaman untuk pengendara sepeda.
Semakin macet untuk pengendara mobil karena dulu mobil dua jalur, menjadi satu jalur. Benar- benar  uji kesabaran  pada pengendara mobil.

Saat ini di mana sejak perang Ukraina harga bahan bakar ,  bensin  dan diesel semakin meninggi  orang- orang beralih ke sepeda dan angkutan umum, bus dan kereta.

Puasa, solider dengan saudara- saudara yang tidak cukup mendapatkan makanan

Puasa makan sekali dalam sehari, bagus untuk turut merasakan rasa lapar saudara- saudara yang saat ini dalam kelaparan akibat perang.

Perang ini masih saja berlangsung tidak hanya di Ukraina, tetapi di belahan dunia lain yang masih saja belum aman, misalnya Afganistan, Syria dan sebagainya.

Mungkin juga di tanah air, ada orang yang sungguh kena dampak lansung pandemi dan  kenaikan harga karena perang Ukraina, sehingga tidak cukup uang untuk  membeli  makan yang membuatnya kenyang.

Akibat perang inipula, harga bahan makan menjadi melonjak tinggi.
Seperti kita ketahui Ukraina penghasil gandum. Gandum di eksport ke seluruh dunia.
Negri- negri di Afrika, seperti Maroco, Tunisia, Mesir dan lain sebagainya mengandalkan import gandum dari Ukraina.

Bisa dibayangkan harga roti di negri- negri tersebut melonjak tinggi.  Roti salah satu makanan pokok bangsa- bangsa tersebut. 

Ditambah lagi musim kemarau panjang di Maroco dan negri- negri di Afrika semakin memperburuk kondisi harga bahan makanan pokok.

Tidak heran kalau Ukraina warna benderanya kuning dan biru. Kuning menggambarkan hamparan ladang gandum. Biru menggambarkan langit biru Ukraina.

Selain gandum, Ukraina penghasil bahan makanan ternak yang akan berakibat pada harga daging. Jadi karena perang Ukraina harga daging menjadi mahal.

Bahan- bahan dasar pupuk diekspor Rusia, sejak perang Rusia Ukraina, harga pupuk melonjak tinggi.
Kasihan para petani. Hasil pertanian, baik itu bahan makanan pokok, sayur dan buahpun menjadi mahal karena harga pupuk yang tinggi.

Sebagai contoh, harga tomat di supermarket sebelum perang Ukraina, 2,5 Euro, saat ini 4,5 Euro per kilogram.

Dengan berpuasa kita bertenggang rasa dengan rakyat kecil yang terdampak langsung oleh kenaikan harga bahan  makanan tersebut . Mungkin mereka tidak lagi cukup mendapatkan bahan makanan. Pendapatan yang diterima tidak lagi cukup memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Jadi selama masa puasa berpantang untuk tidak berlebihan dalam soal makan. 

Kembali lagi ingat makan untuk hidup  bukan  hidup untuk makan.

Tidak membeli dan mengenakan baju baru

Besuk pagi sudah hari Raya Paskah. Dulu saat masih kanak- kanak mendapatkan baju baru.  Saat ini lain lagi. Biarpun mode musim semi begitu indah menggoda, tetapi tutup mata. Ingat saudara- saudara korban perang yang pergi meninggalkan rumahnya hanya sehelai baju yang dipakainya.

Dengan pantang dan berpuasa, saya belajar untuk mencukupkan diri.

Sekarang, puasa sudah berakhir. Hati menjadi semakin jernih. Hati mulai bisa merasakan kembali, betapa Dia Yang Maha Tinggi mengasihi saya dan keluarga saya.

Hati yang jernih, akan dengan ringan untuk tersenyum ,  menyapa ramah  menerima orang lain seperti apa adanya. Hati dipenuhi suka cita karena  keyakinan atas Cintanya, Dia yang telah lebih dulu mengasihi kita. Mengapa tidak mencoba untuk mengasihi dan mengampuni siapa saja yang telah menyakiti kita.

Hati yang jernih, penuh suka cita akan menjadi cantik meskipun mengenakan baju lama. Baju musim semi tahun lalu, yang di keluarkan lagi dari almari. He..he..

Selamat Paskah. Paskah tanda Cinta Tuhan yang nyata. 

Dia mencitai saya  total dan  tanpa syarat.

Dietzenbach, 16 April 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun