Mohon tunggu...
Khoiril Basyar
Khoiril Basyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus belajar untuk memberi manfaat kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Penyebab Konflik Suami Istri

11 Oktober 2019   16:43 Diperbarui: 11 Oktober 2019   16:54 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : https://www.freepik.com/

Menikah merupakan sesuatu yang mulia, dimana setiap insan manusia pasti ingin melangsungkan sebuah pernikahan. Pernikahan dianggap baik ketika mampu mempertahankannya hingga ajal datang menjemput.

Namun sayangnya, menjaga hubungan keharmonisan sebuah pernikahan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi bersama. Karena hakikat suami istri harus senantiasa saling melengkapi agar dapat melalui bermacam badai kehidupan.

Ada banyak yang berhasil namun tak sedikit pula yang kandas ditengah jalan. Beragam faktor yang menjadi pemicu keretakan sebuah tangga.

Merasa Paling Benar

Menyatukan dua insan dalam sebuah rumah tangga memang tidak mudah. Masing-masing pasti memiliki ego tersendiri. Apalagi jika keduanya memiliki kebiasaan dan latar belakang yang berbeda, tentunya ini akan semakin sulit.

Terkadang, hal-hal yang sepele dalam rumah tangga malah bisa menyulut emosi hingga meledak-ledak. Dan tugas dari masing-masing adalah untuk meredamnya. Bukan meredam pasangan, namun diri sendiri.

Jika sudah berniat menikah maka segala risiko harus dihadapi dan jalan terbaik untuk membuat rumah tangga tetap utuh adalah dengan mengalah. Seorang suami yang marah harus diimbangi dengan istri yang mampu membuat amarahnya turun dan berganti senyum. Sebaliknya jika istri marah maka sang suami harus mampu untuk mengubah amarah istri menjadi tawa.

Kelihatannya mudah memang, namun sulit sekali untuk dilakukan. Saya sendiri lebih memilih untuk bermuhasabah sebelum menghadapi amarah istri. Karena terkadang sebagai suami kita tidak tahu maksud sang istri. Oleh karena itu dibutuhkan sikap yang dewasa agar masing-masing dari kita tidak merasa paling benar.

Meminta maaf terlebih dahulu ketika ada salah paham atau konflik adalah jalan tengah terbaik agar rumah tangga tetap utuh dan keharmonisan bisa terjaga.

Medahulukan Hak daripada Kewajiban

Baik suami maupun istri masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Seharusnya kita senantiasa mendahulukan kewajiban dibanding menuntut hak karena kewajiban dan hak merupakan sesuatu yang sejalan. Sayangnya banyak yang sering menuntut hak tanpa melihat apakah sudah melaksanakan kewajibannya atau belum.

Seorang suami memiliki kewajiban untuk memberikan sandang, pangan dan papan. Maka kewajiban itu harus dipenuhi dan harus bersungguh-sungguh untuk memenuhinya yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Ada kewajiban suami yang jauh lebih penting dari  kebutuhan pokok dunia, yakni ilmu agama. Kewajiban ini yang sering dilalaikan oleh para suami baik untuk mengajarkan ilmu agama pada istrinya maupun pada anak-anaknya. Kurang tepat jika seorang suami mengatakan, "kan bisa dicarikan guru ngaji" karena hakikatnya mengajarkan agama pada anggota keluarga adalah tanggung jawab seorang suami.

Pun demikian bagi seorang istri, ada kewajiban yang sangat penting yakni untuk senantiasa taat pada suaminya dalam hal kebaikan. Kedengarannya sepele, namun faktanya memang sering disepelekan. Saat seorang istri senantiasa mencari ridho suaminya, maka InsyaAllah urusannya akan dimudahkan.

Jika masing-masing sudah melaksanakan kewajibannya dengan baik maka niscahya hak akan didapatkan dengan baik tanpa harus bersikap keras ataupun memaksa.

Tidak Berusaha Lebih Memahami Pasangan

Semakin lama tinggal bersama pasangan tentunya akan membuat kita semakin paham dengannya. Baik tingkah laku maupun sifatnya, dari yang baik hingga yang buruk sekalipun.

Ada kalanya kita harus mengalah, bukan karena kita kalah tapi karena kita paham. Kapan waktunya diam, kapan waktunya berbicara, kapan waktunya merayu, dan kapan waktunya meminta sesuatu. Tatkala kita telah memahami situasi dan suasana hati pasangan, tentunya konflik kecil yang sepele tidak akan terjadi.

Jangan sampai marah dibalas dengan marah. Karena api yang berkobar akan padam dengan air bukan malah ditambah dengan api.

Lupa dengan Hakikat Berumah tangga

Sejatinya rumah tangga pasti dibangun diatas visi dan misi yang jelas sebagai tujuan utama. Setiap pasangan akan menentukan visi misi ini dari awal bahkan sejak memilih pasangan. Karena pasangan yang tepat akan mempermudah dalam mencapai tujuan.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, ada banyak hal yang terkadang merubah sikap bahkan sifat pasangan. Disinilah peran seorang suami istri untuk bisa saling melengkapi.

Bagi seorang suami, istri merupakan pendukung terbesar dalam hidupnya. Tak mungkin suami bisa tangguh dalam menghadapi segala rintangan jika tak ada sosok yang sangat mendukung. Pun demikian bagi seorang istri, suami merupakan sandaran yang sangat nyaman. Jangan sampai kenyamanan itu hilang dari sosok suami karena istri butuh tempat terbaik untuk bersandar.

Tentunya kita tidak ingin berpisah dengan orang yang sangat kita cintai, yang mendukung dalam segala kondisi. Kisah cinta Romeo Juliet atau Habibie Ainun bukanlah sesuatu yang instan namun itu semua dapat diraih karena mereka mempertahankan visi misi dan tujuan pernikahan yang mereka bangun dari awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun