Mohon tunggu...
Khoiril Basyar
Khoiril Basyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus belajar untuk memberi manfaat kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Brexit : 4,5 jam atau 14,5 jam?

4 Juli 2016   23:49 Diperbarui: 5 Juli 2016   00:08 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brexit (Brebes Exit) www.jateng.tribunnews.com

Mudik adalah tradisi yang unik, tradisi yang hanya ada di Indonesia. Macet sudah menjadi hal lumrah, waktu tempuh yang panjang juga sudah dimaklumi. Tapi ada saja hal hal yang menarik untuk disimak setiap tahunnya.

Brexit disini bukan Britain Exit, tapi istilah baru yang populer saat mudik tiba. Brebes Exit, merupakan istilah baru yang keluar saat mudik tahun ini.

Bukan tanpa alasan Brexit jadi perbincangan di Indonesia. Brexit di anggap sebagai penyebab kemacetan parah di jalur pantura. Jalan tol yang baru diresmikan tanggal 16 juni 2016 oleh Presiden Jokowi ini menjadi primadona para pemudik.

Promo yang di tawarkan oleh pengelola yaitu waktu tempuh Jakarta hingga Brexit ini hanya memakan waktu 4,5 jam. Pantas saja, para pemudik langsung tancap gas untuk melewati Brexit saat mudik tiba.

Waktu yang diharapkan cepat, ternyata tidak sesuai harapan. Semua kendaraan menumpuk di Brexit dan adanya pertemuan antara jalur tol dan jalur pantura membuat keadaan semakin parah.

Sebenarnya keadaan ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Dimana Brebes menjadi titik kemacetan bagi para pemudik. Jalur yang sempit dan banyaknya aktivitas warga memperparah keadaan. Ada beberapa factor yang menyebabkan Brebes menjadi tempat penyebab kemacetan.

Brexit dan Pejagan

Brexit menjadi jalur favorit, saking favoritnya hari ini (04/07) tercatat macet parah hingga 33 kilometer. Keadaan dijalan tol diperparah oleh pedagang yang berjualan. Sampah menumpuk dijalan tol, hal ini sebenarnya juga terjadi tahun lalu dimana macet dan sampah menghiasi pandangan di jalan Tol Cipali.

Dua jalur exit tol yang popular di Brebes adalah pejagan dan brebes timur. Keduanya sama sama tidak strategis, keluar tol pejagan lajur kendaraan hanya satu. Hal ini tentu akan menyebabkan kemacetan parah. Sementara itu exit brebes timur memiliki dua lajur. Pertemuan dengan jalur pantura memperparah keadaan dimana motor dan mobil bertemu.

Pasar Tumpah

Dibeberapa titik di Brebes memiliki pasar tumpah, hal ini juga di akui oleh gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Pasar tumpah ini membuat keadaan semakin rieweuh. Tahun lalu, 6 jam saya habiskan untuk melewati Brebes. Padahal dalam waktu normal kurang dari satu jam untuk melewati Brebes.

Pom Bensin

Jarangnya pom bensin di jalur pantura brebes juga memperparah keadaan. Dijalan tol, rest area yang minim pom bensin juga membuat keadaan begitu buruk. Habisnya bahan bakar di beberapa pom bensin juga memburuk keadaan pemudik di Brebes. Salah satu teman saya mengaku, membeli 4 liter bahan bakar eceran dengan harga Rp 150.000,00. Sungguh harga yang tidak wajar.

U Turn

Putar balik arah atau U turn juga ikut membuat Brebes menjadi macet. Beberapa U turn memang di tutup namun U turn yang dibuka juga membuat kemacetan tersendiri. U turn menghambat laju kendaraan yang sedang mudik. Hal ini juga di akui oleh gubernur jawa tengah.

Pemerintah telah berupaya untuk mengurai kemacetan di jalur pantura Brebes, terutama di Brexit. Banyak upaya yang telah dilakukan, dari contra flow, buka tutup jalur dan mengalihkan ke jalur alternative. Semua itu seakan sia sia sebab jumlah kendaraan yang terlalu banyak memang sudah sulit diurai.

Alternative yang disediakan juga hanya bersifat jangka pendek jadi kurang efektif. Gubernur Jawa Tengah juga terus memantau keadaan para pemudik. Beliau menyisir semua ruas jalan yang dilalui pemudik. Jawa Tengah memang menjadi pusat kemacetan sebab ditempat ini banyak pemudik yang menuju kampung halamannya. Di brebes, banyak yang mengarah ke banyumas, purwokerto dan kebumen. Di semarang, ada yang menuju kudus, pati dan ada pula yang ke solo, jogja.

Namun, semacet macetnya mudik tidak akan terasa. Kebahagiaan bertemu keluarga rasanya seimbang dengan perjuangan menembus kemacetan di jalanan. Apapun yang terjadi, asal masih selamat, mudik tetap menjadi tradisi yang asik dan menyenangkan. Mudik juga menjadi tradisi yang irrasional. Setuju?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun