"Oleh karena itu tolong jelaskan pada saya mengapa akhir -- akhir ini, transaksi keuangan ATM Anda adalah transaksi minimarket, dan membeli barang -- barang setipe dalam jumlah besar?"
Wajah Indra berubah. Ia tidak lagi terlihat percaya diri. Ia bertanya. "Apakah polisi boleh memeriksa transaksi yang dilakukan oleh seseorang melalui ATM atau mobile banking?"
Aku mengangguk, "Benar, dan dalam recordnya di sini Anda membeli benda -- benda seperti teh, permen, gula, es krim, dan lainnya. Pendeknya, benda -- benda manis yang mengandung gula."
Indra pun menggebrak meja. Aku belum selesai. "Maka kematian Alvin pun bisa dijelaskan. Lalu satu lagi, pak Indra, tentang bill ini."
Aku menunjukkan sebuah bill milik Iqbal yang diambil di tempat sampah bandara. Aku memberi penjelasan. "Jangan perhatikan benda apa yang dibeli. Juga aku tidak ingin memeriksa waktunya. Hanya satu yang menjadi keganjilan bagiku. Ada tiga sidik jari di bill ini, padahal seharusnya hanya dua orang yang menyentuhnya, yaitu Iqbal dan rekanku, Charles. Mungkin Anda ingin menebak siapa pemilik sidik jari ketiga?"
Indra mengambil napas panjang -- panjang. Ia lalu bertanya. "Apakah ini akan menjadi bukti yang memberatkan di pengadilan?"
"Tentu saja, pak Indra Sasongko."
"Jika aku mengembalikan uang dua puluh miliar itu, apakah aku akan mendapatkan keringanan di mata hakim?"
Aku hanya bisa tersenyum dan menggeleng.
"Tentang itu, kami tidak tahu -- menahu."
***
***
Kasus lain dapat dilihat di sini.