Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Power of Faith

13 Juli 2020   09:48 Diperbarui: 13 Juli 2020   09:56 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya, ampun, kamu ga perhatian apa. Itu yang tadi kak Andre ngomong. Kita sore ini mau jenguk Yohanes di Advent. Udah dua bulan bedrest dia. Ikut kan, dirimu?"

Aku jadi salah tingkah. Sebenarnya masih ada tugas kuliahku yang lain. Namun, untuk menyaksikan sebuah senyuman yang berasal dari kahyangan, aku bisa merelakan apa saja. Pada akhirnya aku mengangguk. Kami terdiri dari enam orang pemuda, termasuk Andre dan Indri, berangkat pada pukul enam malam menuju RS Advent. Aku tidak terlalu mengenal Yohanes. Yang aku tahu ia dari minggu ke minggu selalu ada di list doa syafaat. Hanya sejauh itu. Aku tidak tahu apa penyakitnya. Aku bahkan baru tahu bahwa ia dirawat di RS Advent.

Aku terkejut ketika kami menuju ruang ICU. Ternyata selama ini Yohanes dirawat di sana. Aku memberanikan diri bertanya diam -- diam kepada Indri.

"Ndri, Yohanes ini sakit apa?"

"Duh kamu ini, baru tanya sekarang. Dia kecelakaan motor. Kaki tangannya patah. Udah dioperasi. Tapi sampe sekarang masih belum sadar juga. Sudah dua bulan ini dia koma. Dokter juga ga paham kenapa Yohanes ga bangun -- bangun dari koma. Makanya mereka ga berani mindahin dari ruang ICU."

Aku mengangguk -- angguk. Ternyata ia koma. Hanya tidak sadarkan diri saja. Di ilmu kedokteran ini bisa dijelaskan. Aku pun tak tahu banyak, tapi pokoknya bisa. Dan kebanyakan dari cerita yang kutahu, pasiennya akan selamat dan bangun dari koma tanpa kekurangan sesuatu apa pun.

Kami pun memasuki ruang Yohanes berada. Aku kembali terkejut. Di bayanganku adalah Yohanes terbaring di atas tempat tidur, begitu damai dan tenang. Yang terjadi tidak sesederhana itu. Memang benar ia tidur di atas tempat tidur. Namun di mulut dan hidungnya menyambung selang -- selang, di kepalanya menyambung banyak kabel, tangan dan kakinya terbalut gips, di dadanya ada kabel -- kabel yang berbeda, botol -- botol infus yang jumlahnya banyak pun berdiri di samping tempat tidur. Di samping ada bedside monitor untuk mengukur detak jantung, nadi, tekanan darah, dan lain -- lain. Dan di layar monitor itu kuperhatikan, jantung Yohanes berdetak dengan sangat lemah sekali.

Ada yang menunggui Yohanes. Ibu dan bapaknya. Mereka sudah tahu kalau tim pemuda gereja akan datang untuk menengok anak mereka. Sebenarnya wajah mereka biasa saja. Namun ketika kami mulai berbincang -- bincang, mata mereka mulai sembab. Wajar saja, karena Yohanes adalah anak kesayangan mereka, juga berjasa banyak bagi tim pemuda. Ia adalah ketua sebelum Andre. Ialah yang menyatukan anak -- anak yang tidak peduli kepada tim pemuda, dan merangkul mereka untuk kembali kepada persekutuan. Dengan kata lain, Yohaneslah yang kembali menghidupkan sektor pemuda.

Adalah perkataan ibu Yohanes yang membuat kami terenyuh. Dia mengatakan bahwa Yohanes di rumahnya adalah anak baik -- baik. Tidak pernah merokok, tidak minum -- minum, tidak berkelahi, tidak berbuat onar. Bahkan ia berjuang keras untuk menjaga IPnya agar tetap di atas angka 3,00 di samping aktif di gereja. Ketika kecelakaan pun, sebenarnya ia sedang mengirimkan barang untuk kakeknya.

Sebenarnya bisa saja ibu Yohanes mulai menuduh gereja atas kejadian yang menimpa anaknya. Bisa saja ia mengharapkan balas budi atas perbuatan dan pelayanan yang sudah dilakukan anaknya. Tapi ia sendiri paham prinsip -- prinsip Kristiani. Orang percaya yang sesungguhnya tidak berhak menuntut balas atas pelayanan yang telah dilakukan, karena segala sesuatu berdasarkan kasih anugerah. Kita melayani sebagai perwujudan ucapan syukur, bukan karena ingin mengharapan sesuatu. Kita harus senantiasa bersyukur, itu ujarnya. Aku baru tahu akan hal ini. Ternyata di pemahamanku tentang nilai -- nilai Kristiani masih belum dalam.

Bapak Yohanes mulai bercerita. Ia mengatakan sudah banyak hamba Tuhan yang mendoakan Yohanes, bahkan majelis jemaat. Saudara -- saudaranya pun sudah, bahkan banyak yang datang dari kampung. Namun keadaan Yohanes masih tetap seperti ini. Ia mengatakan, sebenarnya ia dan ibu Yohanes sudah hampir kehilangan iman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun