Bapak -- bapak itu minum cola, dan merasa segar pada tegukan pertama. Seseorang bertampang mirip menghampirinya. Dalam bahasa yang tidak Doni mengerti, keduanya bertukar pembicaraan. Pada akhirnya orang itu pergi lagi. Langkahnya menuju kedai batagor.
"Dasar makhluk kampung. Baru sekali diajak ke Bandung, ingin mencoba semua makanan. Malu aku ini dibuatnya."
Doni hanya tersenyum dan mengangguk -- angguk. Ia sebenarnya bukan orang yang suka berbincang -- bincang namun entah mengapa saat itu ia merasa penasaran.
"Bapak asalnya dari mana?"
"Oh, saya? Saya dari Maluku, dek. Dari Ambon."
"Lho? Logatnya memang cocok, tapi kok bahasanya seperti bukan dari sana, pak?"
"Lah, tadi bukannya adik dengar bapak ngomong bahasa daerah dengan teman bapak?"
Doni merasa konyol dan senyum -- senyum sendiri. Namun sang bapak akhirnya membuka kembali percakapan.
"Tidak perlu bingung, dek. Kamu benar. Bapak ini sebenarnya perantau. Lima tahun di Jawa, setahun di Bima, tiga tahun di Bandung. Jadi wajar kalau bahasa bapak sudah bercampur -- campur."
Doni mengangguk -- angguk. Sekali lagi, ia sebenarnya bukan termasuk tipe bertanya, tapi entah mengapa ia terus merasa penasaran.
"Kerjaan bapak apa?"