Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kekalahan Sriwijaya [Novel Nusa Antara]

6 Mei 2020   10:00 Diperbarui: 6 Mei 2020   10:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Memerahkah puncak Gunung Merapi itu? Aku tidak bisa melihatnya.

Udayaditya mengarahkan para prajurit Sriwijaya yang bermunculan dari hutan Galur. Hilir mudik di atas kudanya, ia bersama Angga Gunadharma memastikan para prajurit menuruni tebing dan bergerak menuju kapal -- kapal utama dari atas sekoci. 

Pedang digunakannya untuk menunjuk arah yang tepat, walau ia ragu para prajuritnya dapat melihatnya. Kelelahan tidak menghalanginya untuk berteriak -- teriak memberikan pesan kepada para prajurit.

Walau debu semakin tebal, suaraku bisa menjadi petunjuk bagi para prajurit untuk berlari menyelamatkan diri. Aku akan selamatkan sebanyak mungkin. 

Ia mencoba memerhatikan Angga Gunadharma yang berdiri di samping tebing. Sang perancang kapal itu membuat para prajurit berbaris di belakang tali pengait. Ia pun terlihat sibuk, tidak jauh berbeda dengan Udayaditya, yang terus menerus mengayunkan pedangnya.

Pada hari ini. Pada hari ini. Kukira restu dikirimkan oleh langit, namun ternyata muka bumi yang bertindak. Kami tidak ada yang menyangka.

Udayaditya mulai merasakan hawa panas di sekeliling tubuhnya. Ia paham hal ini. Walaupun ia tidak menyukai pelajaran sejarah dari para guru dan buku -- buku riwayat adalah musuhnya, namun cerita mengenai ledakan Gunung Merapi seratus tahun yang lalu membekas dengan jelas di ingatan Udayaditya. Gunung itu meletus dengan dahsyat, awalnya mengeluarkan debu -- debu, diikuti awan panas, dan terakhir lahar merah. 

Penduduk yang bermukim di sekitar Gunung Merapi tidak sempat mengungsi, sebagian besar mati akibat tercekik debu dan awan panas. Sebagian lainnya yang menutup rapat rumah mereka terpaksa dilibas oleh lahar merah. Seluruh Pulau Jawa dan selatan Pulau Sumatera menghitam akibat hujan debu. 

Selama berhari -- hari, rakyat tidak bisa membedakan siang dari malam.  Beruntunglah mereka yang memiliki persediaan makanan dan minuman di dalam rumahnya, karena kesulitan mencari sandang adalah kesusahan berikutnya yang dikirim oleh letusan Gunung Merapi pada saat itu.

Udayaditya perlahan mundur menuju tebing selatan. Para prajurit yang beringsut dari hutan semakin lama semakin sedikit. Sebenarnya bukan prajurit yang menyebabkan Udayaditya mundur. Ia tidak tahan lagi dengan hawa panas yang menyentuh kulitnya. 

Ia memberi kode kepada Angga Gunadharma. Sang perancang kapal mengiyakannya, menyetujui bahwa inilah waktunya mereka meninggalkan tanah Jawa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun