Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lohgawe

10 Maret 2020   17:49 Diperbarui: 10 Maret 2020   18:05 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kapan aku mematikan mimpi -- mimpimu, wahai pemimpin?"

Ken Arok menatap Lohgawe.

"Katakanlah apa yang menjadi kelebihanku, brahmana. Pembicaraan dengan Regiastara kemarin menjadi asal muasal keraguan dalam diriku. Dari sisi otot aku masih kalah oleh Bolgun. Otakku tidaklah pintar. Berbakti kepada orang tua dan Dewa Siwa pun aku tidak pandai. Aku bahkan meragukan visimu di Pasar Remuk dahulu akan jadi kenyataan. Jadi bagaimana aku akan menjadi orang terutama di negeri ini?"

Lohgawe berpikir sejenak, lalu menjawab, "Dengan sebuah kata bernama kesempatan. Kau tahu, bagaimana Airlangga menyatukan kerajaan -- kerajaan kecil di timur Pulau Jawa ini?"

Ken Arok mengangguk. Cerita Airlangga mempersatukan kerajaan -- kerajaan kecil merupakan cerita umum yang bahkan anak -- anak di pasar pun mengetahuinya.

"Tapi sekali lagi, Hyang Lohgawe, Airlangga memang memiliki hak untuk naik takhta karena ia berasal dari keturunan Raja Udayana dan Mahendradatta."


"Kerajaan Kediri tidak akan terbentuk jika Mpu Narotama tidak berhasil membujuk Airlangga untuk turun gunung dan menaklukkan raja -- raja kecil di hulu Sungai Solo. Untuk mengambil simpati rakyat dia menamakan kerajaannya Kerajaan Kahuripan terlebih dahulu."

Ken Arok tertawa kecil, "Engkau tidak sama dengan Mpu Narotama, kawan. Ia adalah cendekiawan besar. Lihat saja, begitu ia mangkat kerajaan terpecah menjadi dua."

"Aku memang bukan seorang cendekiawan, Ken Arok. Kau sudah bersama -- sama denganku selama beberapa waktu. Perhatikan, adakah keputusanku yang salah?"

Ken Arok menimang -- nimang. Lohgawe memang berjasa baginya, terlebih ketika menemukan kepalsuan dalam diri musang kecil.

"Kau sendirilah yang memintaku menjadi penasihatmu. Perhatikan ribuan bintang di langit ini. Aku bisa katakan bahwa kesempatanmu untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini sama dengan banyaknya bintang di atas sana. Sangat kecil. Namun dengan petunjuk yang benar rakyat bisa mengartikan posisi bintang -- bintang dan membuatnya menjadi suatu makna. Seperti itulah diriku. Aku yakin suatu saat nanti akan muncul suatu kesempatan untukmu bisa memasuki posisi penting di kerajaan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun