Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lohgawe 1 [Novel Nusa Antara]

16 Desember 2018   15:44 Diperbarui: 16 Desember 2018   15:56 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pagi yang cerah di Pasar Remuk. Lohgawe bersantai. Sambil menunggu calon pelanggan.

Lohgawe tidur -- tiduran di bawah pohon beringin. Sambil mengulum ranting pohon, ia membetulkan pakaiannya yang hanya berupa jubah terusan berwarna abu -- abu. Sepatunya merupakan sandal ikat yang beberapa talinya sudah berwarna kecoklatan. Memandang awan, ia menyenandungkan lagu yang ia sendiri baru ciptakan dengan cara bersiul.

Pagi ini sepi pelanggan. Di hadapannya terdapat meja bertaplakkan kain renda yang sudah usang. Di atas kain tersebut terdapat beberapa buku tipis berjudulkan Primbon Rakyat, Primbon Tua, Ramalan Kerajaan oleh Jayabaya, dan lainnya. Sebagai seorang peramal ia memang tidak memiliki perlengkapan yang baik. Namun bukti bahwa ia masih menjadi seorang peramal detik ini sudah cukup baginya untuk meneruskan mata pencaharian ini.

Lohgawe sebenarnya tidak benar -- benar bisa meramal. Ia hanyalah seorang pemuda beragama Hindu yang berasal dari Gujarat, India yang terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya pada usia sangat muda. Perahu yang ia tumpangi mengarungi Laut Malaka, sempat berhenti di semenanjung Tumasik, melanjutkan perjalanan ke tanah Jawa. Pada awalnya mereka melempar sauh pada pelabuhan Sunda Kelapa, namun melihat situasi sedang terjadi pemberontakan Kerajaan Galuh melawan Kerajaan Sunda, kapal laut tersebut tidak tinggal lama. Setelah mendarat pada tempat kecil bernama Tuban, kapal tersebut mengosongkan isi muatannya, termasuk Lohgawe. Sudah menjadi rahasia umum masyarakat pelabuhan sekitar bahwa kapal tersebut berisikan orang -- orang terbuang dari negara yang tidak mereka kenal.

Lohgawe tumbuh besar di Pasar Remuk, bagian dari Kerajaan Kediri. Ia mempertahankan hidupnya dengan cara - sesuai dengan perkiraan para pembaca cerita ini, mencuri dan berlari. 

Secara tidak sadar ia tumbuh menjadi bagian dari komunitas pasar. Ketakjubannya melihat ia bisa meraup uang dengan mudah ketika melihat seseorang ditentukan takdirnya, membuat ia memilih nasib menjadi seorang peramal. Bahasa dan budaya yang berbeda bukan menjadi kendala bagi Lohgawe, mengingat ia sendiri seorang Hindu yang taat ketika berada di tanah airnya dulu.

Seseorang melintasi tempat ramalnya.

"Kedaimu sepi, kawan?" tanya seseorang berambut gimbal panjang kehijauan.

Lohgawe membuka matanya dan melirik. Kebo Ijo. Bukan, nama aslinya adalah Seri Dharmawan. Namun dasar saja tukang kerbau dan berambut hijau, semua orang di pasar memanggilmu Kebo Ijo sekarang.

"Bukan pula urusanmu, kerbau." jawab Lohgawe seraya tersenyum dan menutup matanya kembali.

Kebo Ijo berjongkok tepat di depan meja ramal Lohgawe, dan ketika itu pula seseorang berambut ikal sambil menenteng keranjang ikan di tangan kanannya berjalan di depan dan berkata -- kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun