Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Umur Manusia Hanya 70 Tahun Saja? (Mazmur 90:10)

12 Agustus 2025   16:38 Diperbarui: 12 Agustus 2025   16:38 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seorang nenek sedang bercengkerama dengan cucunya. Sumber: Pexels/Andrea Placquadio

Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buu, dan kami melayang lenyap (Mazmur 90:10).

Kompasianer yang terkasih, beberapa hari yang lalu mama saya diberkati Tuhan dengan umur 70 tahun. Mama tidak merayakan ulang tahunnya dengan suatu pesta, beliau hanya mengadakan ibadah ucapan syukur di suatu panti werdha yang ada di kota Depok dengan sebagian anggota gereja kami. Penghuni panti werdha adalah laki-laki dan perempuan yang berusia di atas 60 tahun, baik mereka yang sehat maupun yang sedang sakit. Kepada merekalah mama berbagi kasih dengan memberikan sembako dan tas bingkisan serta uang tunai untuk operasional panti. Mama bersyukur karena di usia 70 tahun, Tuhan memberikan rezeki untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.

Dari ayat pokok di atas banyak orang Kristen berpikir, bahwa umur yang ditentukan Tuhan bagi umat-Nya hanya sampai 70 tahun saja, kalau bisa mencapai umur 80 tahun itu sudah bonus, dan apabila berumur lebih dari 80 tahun, hidup ini penuh penderitaan. Ini suatu persepsi yang keliru, karena Mazmur 90 adalah doa nabi Musa yang berlatar belakang perjalanan bangsa Israel ketika mereka sedang berjalan di padang gurun menuju ke Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan. Doa yang sekaligus keluhan Musa atas kedegilan orang Israel yang menyebabkan Tuhan menghukum mereka (ayat 7-9). Bangsa Israel mencapai tanah Kanaan setelah 40 tahun keluar dari Mesir, itu berarti dibutuhkan satu generasi untuk tergenapinya janji Tuhan kepada mereka.

Musa sendiri mencapai usia 120 tahun ketika ia tidak diizinkan Tuhan untuk masuk ke tanah Kanaan (Ulangan 31:2) dan ia mati ketika matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang (Ulangan 34:7). Orang Israel yang keluar dari Mesir juga tidak diperkenan Tuhan untuk masuk ke tanah Kanaan karena dosa mereka, hanya generasi anak-anaknya yang diperkenan Tuhan (Bilangan 14:1-38). Dengan demikian, orang Israel yang saat itu berumur 70 sampai 80 tahun adalah mereka yang mendapatkan hukuman dari murka Tuhan di padang gurun (Mazmur 90:11). Itulah sebabnya Musa mengeluhkan soal ini dan di ayat 12 ia memohon kepada Tuhan: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Musa menyadari, hidup mereka menderita di umur 70 sampai 80 tahun karena ketidaktaatan kepada Tuhan, untuk itulah mereka harus belajar percaya dan berserah diri penuh kepada Tuhan selama proses di padang gurun.

Jelaslah, bahwa menderitanya orang Israel karena pemberontakan mereka kepada Tuhan, bukan karena faktor umur. Penderitaan di dalam Kitab Suci adalah bagian dari proses pembentukan iman dan karakter umat, bukan karena penghukuman Tuhan (Ulangan 8:2-3). Kaleb bin Yefune adalah satu dari dua orang yang diizinkan Tuhan untuk memasuki tanah Kanaan karena iman dan ketataannya (Bilangan 13:30; 14:24,30,38; 32:12). Kaleb sudah berumur 85 tahun ketika ia mendapatkan Hebron setelah merebutnya dari orang Enak (Yosua 14:6-15; 15:13-19). Lihat, umur segitu masih bisa memimpin pertempuran dengan kemenangan yang gemilang! Mengapa bisa? Ya, karena Kaleb hidupnya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan secara konsisten sejak dari masa mudanya (Yosua 14:7-10,14).

Apa yang dimaksud oleh Musa tentang kesukaran dan penderitaan bukan untuk menakut-nakuti kita yang hidup pada hari ini yang khawatir akan hidup di hari tua nanti. Bukan begitu, tetapi Mazmur ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa meskipun hidup sehari-hari terasa seperti di padang gurun yang tidak terlihat adanya harapan bagi masa depan kita, namun Tuhan hadir di tengah-tengah kita sebagaimana bangsa Israel diberikan manna yang menjadi makanan harian, tiang awan di waktu siang untuk memayungi mereka dari terik matahari dan tiang api di waktu malam untuk memberi kehangatan dari dinginnya udara, demikianlah Dia bagi kita pada hari ini. Musa membuka Mazmur 90 ini dengan indah: "Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun temurun. Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah." (ayat 1-2)

Jangan takut menjadi tua ya, Tuhan sangat mengasihi kita. Dengar dan taati Tuhan, maka kita akan baik-baik saja di hari tua nanti. Selamat ulang tahun mama tersayang, Tuhan Yesus memberkati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun