Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hati yang Siap Menghadapi Masalah (Mazmur 57:8-11)

15 Oktober 2022   22:41 Diperbarui: 15 Oktober 2022   22:44 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan tentang berbagai masalah hidup dan ajakan agar menyerahkan semuanya kepada Allah (Pexels / Tara Winstead)

Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar! Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa; sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu sampai ke awan-awan (Mazmur 57:8-11).

Kompasianer yang terkasih, dari judul Mazmur 57 ini sudah jelas bagi kita bahwa Daud sedang berada dalam masalah besar yang datangnya dari Saul (tentu dengan pasukannya), yang tidak berhenti mengejarnya sehingga ia harus bersembunyi ke dalam gua (ayat 1). Banyak tempat yang menjadi persembunyian Daud selama ia dikejar musuh, dan di mazmur ini kita diajar bagaimana menghadapi masalah tersebut dengan cara yang sederhana.

Di ayat 5 dan 7, dikatakan bahwa musuh-musuh Daud diibaratkan seperti singa dan pemburu yang sangat tangkas di dalam mengintai dan memasang perangkap bagi calon mangsanya. Namun, yang terjadi adalah kebalikannya, si pemburu justru yang jatuh ke dalam perangkap yang ia pasang sendiri dan sekali lagi loloslah Daud.

Ketika Daud menyaksikan kekuatan dan strategi musuhnya yang hebat, lagi-lagi ia mempraktikkan hal yang paling mendasar untuk menghadapinya. Pertama, merendahkan diri dengan memohon belas kasihan Allah untuk melindunginya (ayat 2). Kedua, berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, untuk menyelesaikan masalahnya (ayat 3). Ketiga, berharap kekuatan dari sorga untuk menyelamatkan dirinya dan berharap Allah mengirim kasih setia dan kebenaran-Nya (ayat 4).

Dengan merendahkan diri, berseru dan berharap kepada Allah, maka yang terjadi kemudian bukanlah perlawanan bersenjata dari Daud untuk meloloskan diri, tetapi terlihat dari imannya yang menyatakan bahwa Tuhan pasti menolong dia dari musuh-musuhnya tersebut. Hal yang menakjubkan dari Daud ketika menghadapi Saul dan pasukannya adalah ia tidak menyiapkan strategi bagaimana caranya untuk meloloskan diri dari kepungan musuh.

Dalam posisi yang terkepung musuh sangatlah sulit bagi Daud untuk meloloskan diri. Teknik pengepungan merupakan strategi militer yang digunakan apabila musuh tidak mau menyerah. Tujuannya ialah supaya yang dikepung akan kehausan dan kelaparan karena tidak ada suplai air dan makanan yang masuk atau keluar. Jadi, pilihan sederhananya ialah Daud akan mati lapar di dalam gua atau menyerahkan diri atau keluar menyerang yang tentu akan menewaskan dirinya oleh pasukan Saul.

Kompasianer yang terkasih, Daud hanya menyiapkan hatinya kepada Allah! Dia hanya menyiapkan hatinya untuk menyanyi dan bermazmur! (ayat 8). Hati dari bahasa Ibrani leb yang artinya manusia batiniah; pikiran. Jadi, hati yang dimaksud bukanlah organ tubuh manusia. Daud menyiapkan batin dan pikirannya terlebih dahulu sebelum memulai pujian dan penyembahannya kepada Allah.

Bukan hanya itu, di ayat 9 dari terjemahan Ibraninya Daud memerintahkan hatinya, "Bangunlah, kemuliaanku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, sebab aku mau membangunkan fajar". Jadi, hati yang siap adalah hati yang mulia, inilah kekuatan terbesar Daud dalam menghadapi masalah. Daud tidak memikirkan musuh yang ada di luar, dia lebih sibuk mengurus hatinya dan menggairahkannya untuk beribadah kepada Tuhan sebelum fajar menyingsing dengan bernyanyi dan bermazmur yang diiringi alat musik. Dia memberi yang terbaik di saat yang sangat krusial dalam hidupnya!

Perhatikan ayat 10 dan 11, tujuan Daud jelas kenapa ia bersyukur di dalam pujian dan penyembahannya yaitu untuk menyatakan kepada bangsa-bangsa di luar Israel bahwa Tuhannya Israel, yang ia sembah, adalah Allah yang satu-satunya memiliki kasih setia dan kebenaran yang universal. Dialah Allah yang berdaulat atas langit dan bumi (ayat 6, 12). Luar biasa, dalam keadaan terdesak seperti itu Daud masih sempat berpikir untuk bersaksi kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan Allahnya. Betapa mulia hati Daud, hanya Allah yang selalu menjadi pusat perhatiannya, bukan kepada masalah yang sedang dihadapinya.

Wow, bagaimana bisa seseorang yang sedang terancam nyawanya masih dapat beribadah kepada Tuhan dengan sebuah persiapan yang paling mendasar? Bagaimana jika Kompasianer ada pada posisi Daud sekarang ini, dapatkah anda memuji dan menyembah Tuhan dengan sebuah persiapan hati yang sungguh-sungguh seperti ketika keadaan baik-baik saja? Apakah di hati dan pikiran anda masih berpusat kepada Allah ataukah telah dipenuhi dengan kekuatiran dan kecemasan?

Ayo, belajar dari Daud yang tidak membiarkan hatinya dikuasai masalah dari luar, anda juga demikian, mulailah berdoa memohon kekuatan dari Tuhan dan meminta Roh Kudus memberikan damai sejahtera Kristus di hati dan pikiran anda agar anda dapat mempersiapkan diri untuk beribadah kepada Tuhan. Mari belajar dari Daud untuk memberikan yang terbaik di saat keadaan yang tersulit dalam hidup anda hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun