2. Kita mengenal Allah sebagai Bapa (ayat 31-32).
Hanya umat yang memiliki relasi Bapa dan anak yang memiliki jaminan pemeliharaan yang pasti. Kuatir atau kekuatiran menunjuk pada ketidakpastian. Anak yang mempercayai Bapanya memiliki kepastian bahwa kehidupannya aman terjamin.
3. Kerajaan Allah dan kebenarannya adalah prioritas hidup (ayat 33).
Kebutuhan hidup yang terpenuhi merupakan anugerah yang disyukuri, bukan demi pemenuhan kebutuhan sebagai penyebab kita mencari Allah. Allah adalah sumber hidup, mendapatkan sumbernya berarti menemukan segala yang kita butuhkan baik rohani, jiwani dan jasmani.
4. Kuatir adalah kesia-siaan (ayat 34).
Kekuatiran tidak membuat hidup kita lebih baik, kekuatiran tidak menyelesaikan masalah kita (ay. 27). Kuatir akan hari besok itu percuma karena besok kita akan punya masalah lain lagi. Jadi, oleh karena kesusahan akan ada setiap hari, maka kesusahan hari ini harus selesai pada hari ini juga dengan jalan 'jangan kuatir', yaitu percaya kepada Allah dan melakukan tiga poin sebelumnya.
Ingat, kuatir itu ciri manusia yang berdosa dan yang tidak mengenal Allah sebagai Bapanya.
Ingat, kuatir berarti kita tidak percaya Allah mengasihi dan menolong kita anak-anak-Nya.
Ingat, Tuhan Yesus telah mengajarkan salah satu pokok dalam 'Doa Bapa Kami' di ayat 11 yaitu "berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya".Â
Demikian blog saya pada hari ini, sampai jumpa lagi pada blog berikutnya. Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekeluarga. Haleluyah.