Remaja yang memiliki waktu tidur yang kurang, lebih rentan terkena depresi, sulit untuk berkonsentrasi dan pada akhirnya akan bepengaruh pada nilai sekolah yang diperoleh.
Keselamatan dan keamanan anak tidak terjamin
Berangkat sekolah pada saat subuh, sangat beresiko bagi anak. Minimnya penerangan pada beberapa lokasi di Kota Kupang dapat memicu terjadinya berbagai tindak kejahatan. Tidak hanya pada anak perempuan, namun juga pada anak laki-laki.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi orangtua. Kondisi subuh di Kota Kupang sangat sepi. Berbeda dengan di kota besar lainnya yang  aktivitasnya ramai sejak dini hari. Â
Sepagi itu, pada akhirnya orangtua yang memiliki kendaraan pribadi, memutuskan untuk mengantar sendiri anak ke sekolah. Meskipun si anak mampu mengendarai kendaraan sendiri, tapi demi alasan keamanan dan keselamatan, orangtua memilih untuk mengantar sendiri, meskipun harus menempuh jarak yang jauh.
Biaya untuk transportasi membengkak
Masalah lain muncul untuk siswa yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Bemo, moda transportasi umum di Kota Kupang pada umumnya mulai beroperasi jam 6 pagi.Â
Agar tiba di sekolah tepat waktu, siswa memilih untuk naik ojek. Tidak ada pilihan lain bagi siswa, ketika tidak mendapatkan ojek online, maka ojek tradisional jadi pilihan, dengan catatan ongkos tergantung selera tukang ojek. Bisa dapat harga murah, bisa juga harga mencekik.
Orangtua harus menyisihkan uang tambahan untuk membayar sewa ojek di pagi hari. Bila sewa bemo sekali naik hanya mengeluarkan ongkos 4000 rupiah, maka untuk sewa ojek, jumlahnya bisa tiga kali lipat.Â
Beban orangtua bertambah
Benar, bahwa anak menjadi tanggungan sepenuhnya oleh orangtua. Tapi dengan kebijakan dadakan dan tanpa kajian mendetail ini juga membuat orangtua kalangkabut.Â