Masyarakat sendiri semakin lama semakin tidak peka dengan degradasi moral yang muncul di tengah umat. Budaya saling menasihati tidak lagi menonjol dalam sistem sekular. Warga menjadi sungkan atau segan ketika ada kemaksiatan di tengah mereka. Mereka bahkan malas untuk sekadar menegur anak-anak yang berkarakter negatif di tengah masyarakat.
Kehidupan sosial yang cenderung individualis, egois, dan apatis akhirnya justru membentuk anak kurang memiliki kepekaan sosial dan empati terhadap teman. Demikianlah kapitalisme mencetak masyarakat sekuler kapitalistis.
*****
Maka komponen keluarga, masyarakat dan negara seharusnya menjadi garda terdepan untuk menjaga dan melindungi anak-anak agar mereka menjadi generasi unggul pembangun bangsa, bukan generasi rusak dan merusak.
Keluarga harus kembali berfungsi sebagai pendidik anak-anak yang menciptakan tempat yang aman, nyaman, penuh kasih sayang dan melandasinya dengan keimanan yang kokoh. Sehingga tercipta hubungan yang harmonis dalam keluarga dan terbentuk karakter positif pada anak-anak.
Masyarakat juga harus kembali aktif berperan untuk mengawasi dan mengontrol aktivitas kemaksiatan yang muncul. Tak perlu ragu untuk menasihati kekeliruan. Karena disitulah justru letak kasih sayang dalam masyarakat. Negara sangat dibutuhkan untuk mewujudkan sistem pendidikan berbasis keimanan.
Jika semua komponen di atas bersinergi dengan baik dan dibangun dalam sistem Islam, maka perundungan akan menemui ujungnya. Karena hakikatnya dalam sistem sekular baik pelaku maupun korban semuanya adalah korban.