Mohon tunggu...
The Handa
The Handa Mohon Tunggu... Freelancer

Pembelajar~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menilik Konservasi Ex-Situ Gajah Sumatera di Taman Satwa WGM Wonogiri

24 September 2025   17:05 Diperbarui: 24 September 2025   17:05 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahout sedang memamandikan gajah sumatera di taman satwa WGM Wonogiri. Foto : Dokpri

Pro-Kontra Konservasi Ex-Situ Taman Satwa

Meskipun bertujuan baik, praktik konservasi ex-situ di taman satwa seperti di obyek wisata WGM ini seringkali menimbulkan perdebatan karena beberapa alasan. Misalnya karena kondisi kandang, stimulus mental gajah berkaitan dengan karakteristiknya, hingga kesejahteraan gajah.

Kondisi kandang dapat dibilang cukup sempit. Tidak sesuai dengan perilaku alami gajah. Jika merujuk habitat aslinya, gajah setidaknya membutuhkan 680 hektare ruang untuk mencari makan, mencari sumber garam mineral, beristirahat, dan berkubang  Gajah memerlukan kandang terbuka seluas 2000 m untuk empat ekor, dan kandang tertutup minimal 200 m per individu.

Ruang luas untuk bergerak diperlukan, sebab gajah bisa menjelajah puluhan kilometer per harinya dalam habitat alami. Mereka punya jalur khusus yang selalu dilewati.  Berkelompok dengan jumlah berkisar 20-35 ekor, gajah kerap dikenal dengan hewan yang memiliki kemampuan sosial yang tinggi.

Ruang gerak gajah yang sangat terbatas di taman satwa. dapat memicu stress, dan menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan pencernaan dan persendian.

Permukaan lantai kandang perlu dibuat lembut, misalnya dengan tanah berumput. Lantai yang umumnya terbuat dari beton dapat merusak bantalan kaki gajah.

Kandang gajah juga perlu dilengkapi kolam untuk berkubang, dibutuhkan lebih dari satu shelter untuk memenuhi kebutuhan perilaku alami gajah. Ukuran kolam gajah direkomendasikan minimal 2  x 3,5 meter dengan kedalaman 1 meter.

Minimnya stimulasi mental sesuai karakter alaminya juga menimbulkan permasalahan lain. Gajah dengan kecerdasan dan memiliki interaksi sosial yang kompleks perlu menstimulasi kemampuan sosial hidup berkelompok melalui berbagai aktivitas seperti mencari makan, bermain, dan mandi lumpur.

Di taman satwa, kehidupan gajah cenderung monoton dan individualis. Minimnya stimulasi mental tersebut dapat menyebabkan perilaku abnormal dari gajah, seperti mengayunkan kepala berulang kali atau stereotipik, serta agresivitas tak wajar.

Kesejahteraan gajah tak hanya diukur dari pola makan dan minum. Gajah membutuhkan waktu untuk mandi, mendinginkan suhu tubuh dengan berkubang, mencari sumber garam.

Gajah juga memerlukan waktu tidur dua kali dalam sehari, yakni saat malam dan siang hari. Dengan kondisi berdiri, gajah di habitat alami selalu tidur di siang hari. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh pengelola gajah di taman satwa, sebab obyek wisata buka di siang hari. Waktu tidur gajah perlu diperhatikan untuk menjaga kesejahteraannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun