Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mari Berdamai dengan Pandemi dan Bersemi Bersama Endemi

3 Oktober 2021   01:49 Diperbarui: 3 Oktober 2021   05:29 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi berdamai. https://i0.wp.com/www.islampos.com/wp-content/uploads/2019/02/muslimah-akhwat-sedih.jpg?resize=700%2C375&ssl=1

World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia terbaru mengatakan bahwa, Pandemi Covid-19 kemungkinan besar akan menjadi Endemi. 

Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan. Melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli virologi dan ahli imunologi di seluruh dunia, hampir 90 persen diantaranya menyatakan hal yang sama. Jika kondisi itu benar-benar terjadi khususnya di Indonesia, maka jelas ini adalah kabar yang menggembirakan. 

Tak terasa hampir 2 tahun kita hidup dalam bayang-bayang virus yang "mematikan". Tidak hanya mengambil nyawa, virus itu juga mematikan kebebasan, mematikan kehidupan sosial dan mematikan sendi-sendi perekonomian.

Awalnya kita semua berharap pandemi segera pergi. Dengan sekuat tenaga kita berusaha untuk melawan, namun tak bisa membuatnya berhenti. Bahkan jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meroket hingga jutaan orang terkonfirmasi dan ratusan ribu telah mati.

Siapa yang salah? Saya rasa tidak ada yang perlu disalahkan, karena kondisi ini bukan kita yang ciptakan. Siapa yang menciptakan? Entahlah, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa.

Dalam dunia trading ada yang namanya ilmu membaca candlestick. Prinsipnya ialah setiap grafik yang naik pasti akan turun, demikian sebaliknya.

Grafik yang terus naik dan mencapai titik puncak disebut dengan titik Resistance. Sedangkan grafik yang terus turun dan mencapai titik terendah disebut dengan titik Support.

Well.. kawan begitulah saat saya membaca dan menerjemahkan grafik Total Kasus Covid-19 di Indonesia yang dimulai sejak bulan Februari 2020 lalu.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/02/kasus-covid-19-bertambah-1414-kasus-sabtu-210#
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/02/kasus-covid-19-bertambah-1414-kasus-sabtu-210#

Berulang kali grafik menyentuh titik Resistance dan titik Support. Jika kita perhatikan dengan seksama, saat ini grafik menunjukkan tren melandai. Hingga tulisan ini dibuat, jumlah kasus terkonfirmasi positif sudah turun sangat jauh. Kini kondisi berangsur stabil dan terkendali. Mungkin ini salah satu indikator kuat yang membuat pemerintah percaya diri bahwa Indonesia sebentar lagi juga akan memasuki fase era Endemi Covid-19. 

Sebelum dibahas jauh, tak ada salahnya kita memahami dahulu apa perbedaan Pandemi dengan Endemi.

Pandemi adalah wabah penyakit yang terjadi serempak dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas (seluruh negara atau benua). Dengan kata lain wabah ini sudah menjadi masalah seluruh dunia. Contoh penyakit yang pernah menjadi penyakit pandemi ialah HIV/AIDS dan virus influenza.

Endemi adalah penyakit yang muncul dan menjadi karakteristik di wilayah tertentu. Contoh penyakit endemi saat ini ialah penyakit malaria di Papua, Demam Berdarah Dengeu (DBD) di Indonesia. Penyakit endemi akan selalu ada di wilayah tersebut namun dengan jumlah kasus atau frekuensi yang rendah.

Pemahaman sederhananya jika suatu penyakit yang bersifat pandemi mampu dikendalikan jumlah penularannya, maka penyakit itu bisa saja diturunkan levelnya menjadi penyakit endemi. Untuk endemi dampaknya tidak seluas pandemi dan bahkan hanya di wilayah kecil dengan jumlah kasus rendah. Nah yang perlu dipahami juga bahwa virusnya tidak hilang ya kawan, melainkan bisa dikontrol laju penyebarannya.

Diatas kertas peluang pandemi menjadi endemi di Indonesia cukup besar. Namun ada persyaratan-persyaratan yang mesti dipenuhi.

Tuntaskan Vaksinasi Massal secepatnya. 

Vaksin terbukti ampuh mengendalikan laju penularan. Vaksin juga memberikan pondasi kekebalan kelompok (herd immunity). 

Untuk mencapai level herd immunity diperlukan setidaknya 70 persen jumlah penduduk telah di vaksin. Dengan kata lain dari total 272 juta jiwa penduduk di Indonesia, maka 190 juta diantaranya harus sudah di vaksin.

Merujuk pada program pemerintah, Indonesia menargetkan vaksinasi terhadap lebih dari 208 juta penduduk. Ini merupakan angka yang sangat menantang, namun juga batas sangat aman ketika memang ingin menciptakan herd immunity.

sumber: tangkapan layar website covid19.go.id tanggal 2 Oktober 2021
sumber: tangkapan layar website covid19.go.id tanggal 2 Oktober 2021

Saat ini lebih dari 92 juta orang telah menerima vaksin dosis pertama, 51 juta orang mendapatkan vaksin dosis kedua dan 940 ribu orang mendapatkan dosis ketiga. Jika pemerintah mampu mempertahankan angka pencapaian vaksin 1 juta per hari, maka dalam kurun waktu 4 bulan ke depan minimal 208 juta penduduk sudah mendapatkan vaksin pertama. Oleh sebab itu awal tahun 2022, kita mungkin sudah bisa memasuki era Endemi Covid-19.

Tetap Disiplin Menjalankan Instrumen Pengendalian

Tren menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia memang patut kita syukuri. Tetapi bukan berarti menjadikan kita lengah. Ingat bahwa grafik yang naik bisa turun dan grafik yang turun juga bisa naik (prinsip Support dan Resistance). Semua itu tergantung dari kemampuan kita untuk konsisten menjaga perbaikan.

Seluruh elemen masyarakat bersama pemerintah baik pusat, provinsi maupun daerah harus saling berkolaborasi menjaga serta menjalankan instrumen pengendalian seperti PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).

Pandemi tidak akan pernah usai, oleh sebab itu mari kita berdamai dengannya.

Sekarang dari sisi masyarakat awam, hal-hal apa saja yang perlu kita persiapkan untuk menyongsong era baru Bersemi Bersama Endemi? 

1. Disiplin Menerapkan Protokol Kesehatan

https://pbs.twimg.com/media/E50w-wZVEAIZ70K.jpg
https://pbs.twimg.com/media/E50w-wZVEAIZ70K.jpg

Hayo siapa yang masih ingat bagaimana Covid-19 menyebar? Ya benar, melalui kontak secara langsung antar manusia dan benda-benda di sekitar.

Virus itu akan masuk melalui lubang hidung, mulut dan mata manusia. Virus akan melemahkan organ tubuh yang sedang diserang penyakit serta menurunkan sistem kekebalan tubuh.

Ingat ya kawan, endemi bukan berarti virus itu pergi. Dia akan tetap ada dan berdampingan dengan kita. Oleh karena itu meskipun nanti sudah di era endemi, kita harus selalu waspada dan tetap menerapkan protokol kesehatan 5 M, Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan dan Membatasi Mobilitas.

2. Menyelesaikan Vaksin Hingga Minimal Dosis Kedua

Vaksin Dosis Kedua. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Vaksin Dosis Kedua. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Agar Herd Immunity benar-benar tercipta, maka diperlukan kesadaran dari semua masyarakat untuk menyukseskan program vaksinasi massal yang dilaksanakan saat ini. 

Mari memanfaatkan semua akses baik konvensional maupun digital untuk menuntaskan vaksinasi minimal hingga dosis kedua. Apabila kita mendapatkan kesempatan untuk dosis ketiga, maka hal itu jauh lebih baik lagi. Ayok Vaksin! Saya Sudah Vaksin Loh!

3. Menjalankan Pola Hidup Sehat

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh diri sendiri, maka kita harus menjalankan pola hidup yang sehat dan seimbang. Pertama, memenuhi asupan gizi dan nutrisi melalui pola makan teratur dan bersih. Kedua, melakukan olahraga rutin 2 - 3 jam seminggu dan Ketiga, mengelola stres dengan baik. 

Jika problem pikiran Anda berubah menjadi problem mental, maka saatnya Anda mempertimbangkan untuk melakukan proses perbaikan dan penyelesaian bersama para ahli atau pakar tertentu.

4. Mengatasi Problem Kesehatan Mental

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sebagai profesional hipnotis dan hipnoterapis, kurang lebih 80 persen klien yang datang ke Rumah Hipnoterapi mengalami problem kesehatan mental berkenaan dengan pandemi.

Saya masih ingat betul bagaimana kondisi lingkungan sekitar rumah dimana para tetangga hampir setiap hari ada yang meninggal dunia. PPKM membuat kota seperti kota mati. Tak ada penerangan di malam hari, kita dipaksa untuk berdiam diri.

Suara sirine mobil ambulan tak pernah berhenti berbunyi. Setiap pagi, berita di televisi menayangkan informasi seputar pandemi.

Tak ayal semua kondisi diatas membuat banyak diantara mereka yang mengeluhkan tentang Anxiety Disorder (Kecemasan Berlebihan), Psikosomatis hingga Insomnia. Memang serangan Covid-19 "gelombang kedua" meluluhlantakkan mental kita.

Kini semua sudah mulai mereda, dan saatnya kita melakukan pemulihan mental yang bisa dilakukan dengan banyak cara. Anda bisa datang ke klinik terapi perilaku, klinik hipnoterapi atau bisa juga melakukan terapi via online seperti Online Hypnotherapy.

Selain itu, Anda juga bisa melakukan terapi pemulihan mental sendiri di rumah. Berikut langkah-langkahnya.

  • Posisikan tubuh Anda senyaman mungkin. 
  • Putar musik relaksasi. 
  • Hadirkan ketenangan dan kenyamanan.
  • Katakan kalimat ini di dalam hati,

"Saat ini saya memang merasa cemas, namun saya memilih untuk menjadi pribadi yang damai dan pribadi yang tenang"

"Saat ini saya memang merasa takut, namun saya memilih untuk menjadi pribadi yang berani dan pribadi yang hebat"

"Saat ini saya memang merasa sedih, namun saya memilih untuk menjadi pribadi yang bahagia dan pribadi yang senang"

  • Lakukan berulang-ulang. 
  • Akhiri sesi dan kembalikan kesadaran Anda. 

5. Beradaptasi dengan Pola Hidup Digital

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tak bisa dipungkiri, Pandemi telah mengubah hampir semua tatanan kehidupan manusia. Pola hidup lama yang masih banyak manual telah digantikan dengan pola hidup baru yang serba digital.

Ketika pandemi berubah menjadi endemi, digitalisasi kemungkinan besar tetap akan menjadi sebuah pilihan yang terintegrasi dengan pola kehidupan dan pola interaksi masa kini.

Sebagai contoh, dalam dunia kerja sekarang dikenal dengan istilah Hybrid Working dimana suatu pekerjaan tidak cuma bisa dikerjakan di sebuah lokasi tertentu (kantor), melainkan bisa dikerjakan dimana saja misal di rumah atau di cafe.

Saat hendak melakukan meeting atau rapat juga tidak perlu harus bertemu dan bertatap muka. Dengan kecanggihan teknologi, kita bisa melakukan meeting dengan memanfaatkan berbagai aplikasi atau platform digital.

***

Demikian ulasan mengenai berdamai dengan pandemi dan bersemi bersama endemi, semoga bermanfaat. Salam sehat dan bahagia.

"Lima hal yang bisa membuat kita bahagia. Berdamai dengan diri sendiri, Berdamai dengan orang lain, Berdamai dengan semua masalah, Berdamai dengan lingkungan dan Berdamai dengan perasaan" The Architect

-AP-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun