Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dia yang Tidak Mengajarkan dan Selalu Mengabaikan Aku

3 Desember 2020   18:53 Diperbarui: 3 Desember 2020   19:05 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sheknows.com | ilustrasi ibu dan anak

Anak adalah anugerah sekaligus amanah dan titipan. Sedangkan orang tua adalah tempat pendidikan yang tak lekang oleh zaman.

Begitulah kira-kira pemahamanku tentang hubungan interaksi sosial dalam sebuah keluarga. Pandangan tersebut tak lepas dari peran orang tua terutama ibuku. Ibu Sekolah Pertamaku, seorang pendidik yang tidak suka menggurui dan seorang pengajar yang tidak pernah mendikte.

Pagi yang cerah seperti biasa aku berangkat ke sekolah mengendarai sepeda. Di sampingku ada ibu yang juga berangkat kerja sebagai petugas administrasi salah satu Rumah Sakit Umum di Kota Mojokerto. Setiap hari kami bersama-sama mengayuh sepeda karena kebetulan sekolahku dan kantor ibu searah.

Setibanya didepan sekolah aku salim (Baca : menjabat dan mencium tangan) beliau. Tak sengaja ketika aku menjulurkan tangan dari saku kantong celana pendek merah tiba-tiba bunyi "klethek.. klethek.. klethek.. " sejumlah kelereng yang aku bawa jatuh bertebaran dipinggir jalan. Sontak aku pungut semua dan memasukkan kembali ke dalam saku.

Ibu hanya terenyum kemudian bertanya, "Lhe.. kenapa kok bawa kelereng ke sekolah?". 

Dengan raut muka tak bersalah dan tengil aku menjawab, "Mau maen sama temen-temen nanti pas jam istirahat."

Ibu kembali berkata, "Kan dilarang sama gurunya bawa kelereng ke sekolah."

"Sini mama simpan aja kelerengnya nanti di rumah bisa main lagi habis pulang sekolah."

Bernada ketus serta acuh aku bicara, "Udahlah ma... aku mau maen kelereng kok !!!".

Suara lembut ibu masih terdengar jelas berkata, "Ya sudah, silahkan kalau thole mau maen kelereng yang penting sekolahnya pinter."

Bel sekolah berbunyi tepat pukul 07.00 WIB. Aku dan teman-teman berbaris didepan kelas. Karena aku selalu ditunjuk jadi ketua kelas, maka aku atur barisan dengan suara lantang. Kami satu persatu memasuki kelas untuk memulai pelajaran hari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun