Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Narasi" Realitas dalam Sebuah Proses Mencari Kebenaran

30 November 2020   12:43 Diperbarui: 3 Desember 2020   16:53 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash | ilustrasi menulis narasi

1. Landasan Kepedulian
Landasan ini memandang baik buruknya sesuatu tergantung apakah hal tersebut adalah bentuk kepedulian ataukah malah membahayakan. Sesuatu dianggap tidak benar jika hal tersebut dapat menyakiti orang lain.

2. Landasan Keadilan
Landasan ini memandang benar salah dari perspektif adil atau tidak. Jika sesuatu dianggap adil maka hal tersebut dinilai sebagai sebuah kebenaran. Begitu sebaliknya apabila sesuatu dianggap mencurangi maka dinilai buruk.

3. Landasan Kesetiaan
Sesuatu akan dianggap baik jika menampilkan kesetiaan kepada kelompok tertentu. Landasan ini memandang bahwa jika ada orang yang tidak setia atau berkhianat adalah hal yang buruk.

4. Landasan Kewenangan
Sesuatu yang benar adalah ketika sesuai dengan otoritas yang diakui serta dihormati oleh sebuah kelompok tertentu. Otoritas di sini bisa berupa figur, atasan, pemimpin bahkan sesuatu yang abstrak seperti aturan dan konsensus.

5. Landasan Kesucian
Landasan ini memandang sesuatu itu baik jika mengutamakan kesucian atau kesakralan. Landasan ini banyak digunakan oleh orang-orang konservatif yang memiliki tingkat religius tinggi.

6. Landasan Kebebasan
Jika ada sesuatu yang bersifat mengekang dan membatasi maka dianggap sebagai hal yang buruk. Hal tersebut dikarenakan landasan ini sangat menjunjung kebebasan manusia dalam berpikir, bertindak dan berperilaku.

Keenam landasan di atas yang secara umum dipakai oleh masyarakat di seluruh dunia. Untuk lebih mudah memahami saya memakai analogi lidah manusia yang terdiri atas empat reseptor (manis, asin, pahit, dan asam). 

Tidak semua orang menyukai rasa yang sama. Ada orang yang cenderung suka rasa asin, ada juga yang suka rasa manis serta asam atau bahkan orang yang suka minum jamu berarti dia suka rasa pahit.

Pun demikian tidak semua orang memiliki sensor rasa yang sama. Ketika mengunyah makanan yang sama ternyata kekuatan rasanya berbeda. Ada yang sensitif dengan rasa asin, ada juga yang peka terhadap rasa manis.

Landasan moral bisa dibilang seperti kita merasakan makanan di lidah pada saat mengunyah. Bagi orang yang konservatif landasan kesetiaan dan kesucian mungkin jauh lebih dominan daripada landasan kebebasan. Atau jika Anda adalah orang yang Fairness maka cenderung menjunjung tinggi landasan keadilan dan kepedulian.

Sekali lagi masing-masing tidak akan sama tergantung dari perbedaan ideologi, pendidikan, budaya hingga faktor genetika. Oleh karena itu tidak jarang kita menemui adanya perbedaan pendapat dari segi kultural. Sesuatu yang dianggap membahayakan bagi suatu budaya, mungkin dinilai sebagai hal yang wajar di kebudayaan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun