Mohon tunggu...
Faridhian Anshari
Faridhian Anshari Mohon Tunggu... -

Seorang spectator sedari kecil yang "kebetulan" menjadikan sepakbola sebagai teman dan ramuan dalam eksperimen ajaibnya.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pengaruh "Salah" dalam Memerangi Islamophobia

21 Maret 2018   14:13 Diperbarui: 21 Maret 2018   14:16 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dari riauonline.com

Terkutuklah Al Qaeda, ISIS, atau sekelompok orang tertentu yang (menurut saya) salah dalam memahami makna Islam. Kekerasan, main hakim sendiri, dan beberapa hal negatif lainnya yang mendorong munculnya sebuah kejadian memilukan pada 11 september 2011. 

Dampak yang terasa di kalangan pemeluk agama Islam sendiri cukup terasa. Tidak salah memang, kalau sebagian warga Amerika Serikat, negara yang terkena teror, atau negara Eropa seperti Inggris yang masih "sekutu" dengan USA memandang seluruh umat Islam sebagai teroris maupun serial killer yang selalu dirasuki aura hitam di sekelilingnya.

Pandangan yang berubah, memunculkan istilah Islamophobia, yang saya coba gali definisinya memunculkan arti "ketakutan terhadap segala sesuatu yang berbau islam", yang berasal dari menumpuknya stigma negatif dikalangan mayoritas akibat kejadian-kejadian yang tidak mengenakan. Jelas, singkat, padat. Bagi pemeluk agama Islam, hal ini sangat memojokkan, terutama dalam bersosialisasi di kalangan masyarakat yang mayoritasnya bukan pemeluk agama Islam.

Inggris sendiri juga termasuk negara yang sempat terjangkit "virus" Islamophobia. Beragam berita dari media yang menjelaskan ada ketidaksukaan orang terhadap pemeluk agama Islam yang berdomisili di Inggris. Semua berubah selepas tragedi 9/11 tersebut. Walau Inggris tidak terkena langsung dampak dari meledaknya gedung World Trade Centre, tapi "virus" Islamophobia cepat menyebar hingga daratan Great Britain.

Beragam cara sudah ditempuh oleh kalangan penentang Islamophobia, yang bersuara kalau ini adalah virus baru yang kekuatan mematikannya hampir dapat menyaingi Rasisme, yang sudah menjalar ribuan tahun lamanya. Beragam gerakan perubahan sosial di Inggris dilakukan untuk menyatakan bahwa "tidak semua orang islam adalah teroris". Iklan, film, hingga gerakan turun dijalan dapat kita lihat dalam management data yang tersaji rapih di media sosial hingga tinggal menyentuh tombol "click" di laman google.

Sebenarnya tanpa disadari, gerakan perubahan sosial yang berangkat dari mindset atau pola pikir warganya sudah coba dimulai oleh seorang pria asal Mesir yang bernama Mohamed Salah. Sudah terlalu sering beragam berita yang menampilkan kehebatan Salah di lapangan. Saya akui, musim ini Liga Inggris memang milik Mo Salah, jika diukur dari aspek individual. 

Walaupun kelak Manchaster City (hampir pasti) memenangi liga, namun Mo Salah akan dikenang sebagai "rising star of the season". Jika ada yang mengukur, hampir setiap minggu selalu ada berita tentang kehebatan Mo Salah. Mulai dari permainan atraktifnya, goal-goal yang mengangkat Liverpool ke tiga besar EPL, hingga "dongeng" transfer yang berimajinasi Salah akan mengenakan seragam putih dan bermain di Santiago Bernabeu musim depan.

Salah satu kehebatan salah, yang patut saya acungi jempol adalah goal -- goal terakhirnya ke gawang Watford pada pertandingan pekan ke 31, yang berlangsung weekend kemain (17/3/18). Salah resmi masuk dalam buku rekor Liverpool, sebagai pemain keempat yang pernah mencetak Quatrick (empat goal dalam satu pertandingan). Mau tau nama-nama pendahulunya? Semuanya berlabelkan legenda di Liverpool. 

Seperti Robbie Fowler yang melakukannnya ke gawang Bolton pada tahun 1995/1996, sang fenomena Michael Owen yang meletakkan namanya di buku rekor ketika melawan Nottingham Forest di musim 1998/1999, hingga "El Pistolero" Luis Suarez yang melakukannya ke gawang Norwich city pada musim 2013/2014. Sebuah Quatrick yang digambarkan oleh Steven Gerrard dalam autobiografinya sebagai ledakan besar dari Suarez yang tidak dimiliki oleh Fernando Torres sebagai pendahulunya.

Mohamed Salah yang baru datang awal musim ini dari AS Roma sudah pasti mengukir satu tempat dihati Liverpudlian. Jumlah goalnya musim ini juga tidak main-main, 28 goal di Liga yang mengantarkan Mo Salah menjadi top skor Liga Inggris hingga pekan ke 31, yang juah meninggalkan Hary Kane "juara bertahan" empat goal dibelakangnya. 

Sebuah prestasi yang terakhir dirasakan oleh Liverpool ketika masih ada Luis Suarez yang bermain di Anfield. Sesudahnya puluhan nama speerti Mario Balotelli hingga Danny Ings belum bisa berada dipuncak daftar pencetak goal terbanyak Liga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun