Semakin dewasa ini, budaya menjadi salah satu alat untuk mempengaruhi negara lain. Budaya tidak hanya menjadi warisan oleh nenek moyang, akan tetapi juga menjadi kekuatan untuk globalisasi. Pada tempo dulu, kebanyakan orang menggunakan hard power untuk mempengaruhi suatu negara. Salah satu contohnya adalah kekuatan militer dan ekonomi, walaupun sebenarnya cara ini masih digunakan hingga saat ini. Negara-negara saat ini lebih memilih berlomba-lomba untuk membangun dan meningkatkan kebudayaannya kembali untuk membangun citra dan memberikan pengaruh ke negara lain. Hasil dari pengaruh ini dapat membawa keuntungan ekonomi bagi negara yang menerapkan metode ini, yaitu penggunaan budaya sebagai soft power. Salah satu contoh keuntungan ekonomi dari budaya menjadi soft power adalah drama Korea, film India dll.
Sebelumnya, soft power sendiri dikenalkan oleh ilmuwan politik yang bernama Joseph Nye pada akhir tahun 1980. Soft Power adalah kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi negara lain melalaui daya tarik budaya, nilai-nilai, dan kebijakan luar negeri yang meyakinkan. Soft Power ini bekerja secara halus, tidak memaksa dan memikat negara lain. Cara ini bukan ancaman bagi negara lain, melainkan salah satu inspirasi dalam membangun kreativitas dunia yang semakin maju oleh perkembangan teknologi dunia saat ini.
Beberapa contoh budaya populer yang menjadi alat diplomasi dunia, yaitu Jepang yang menggunakan anime, manga dan skincare ala wanita Jepang. Dari produk budaya Jepang ini, menciptakan ketertarikan tersendiri seperti bahasa, tradisi dan teknologi Jepang. Kemudian, negara India yang memperkenalkan film Bollywood. Film India ini menciptakan ketertarikan dalam pakaian yang biasa digunakan oleh wanita India yaitu Sari, dan makanan- makanan tradisional India yaitu nasi biryani, samosa, jelebi.
Adapun dari negara Korea Selatan adalah budaya musik K-Pop yang  di bawakan oleh grup band BTS dan BlackPink. Dua grup ini sangat mempengaruhi globalisasi, seperti yang kita lihat sendiri banyak orang tertarik untuk mempelajari budaya Korea Selatan seperti bahasa Korea untuk memahami musik K-Pop tersebut, dan pakaian tradisional Korea yang disebut Hanbok yang sangat elegan. Kemudian, makanan tradisional Korea yaitu kimchi yang sangat terkenal hingga sekarang menyebar ke seluruh dunia. Selain itu, produk skincare dari Korea juga merupakan salah satu daya tarik kebudayaan dari negara Ginseng ini.
Selanjutnya, negara Amerika Serikat yang memperkenalkan film Hoollywood di kancah internasional dan musik-musik yang menggambarkan nilai-nilai liberalisme. Selain itu, ada juga budaya diplomasi dan identitas nasional. Misalnya, negara Indonesia yang mengenalkan batik, nasi goreng, sate, rendang sebagai identitas nasional negara.
Akan tetapi, di balik semua ini ada tantangan tersendiri oleh negara lain dalam mempertahankan budayanya sendiri karena pengaruh budaya lain. Contohnya, banyak anak muda Indonesia di zaman ini lebih memilih untuk mempelajari dunia K-Pop di bandingkan budaya Indonesia sendiri yang beraneka ragam. Kemudian, sifat budaya Timur di Indonesia yang perlahan terkikis seperti budaya gotong-royong, cara berpakaian yang terlihat terlalu bebas dll.
Maka dari itu, budaya tidak hanya peninggalan nenek moyang dan sekedar seni untuk mengekspresikan diri, melainkan alat diplomasi dan strategi pengaruh serta senjata lunak di era globalisasi ini. Suatu negara yang cerdas dalam mengembangkan dan mempromosikan budayanya terdapat nilai keunggulan tersendiri selain militer dan ekonomi. Soft power bukan hanya siapa yang paling kuat, melainkan siapa yang paling menarik.
Sumber: Nye, J. S. (2004). Soft power: The means to success in world politics. Public affairs.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI