Nah itu dia kelemahan awak. Â Sebenarnya mahasiswa suka ngomong sesama teman sudah cukup awak tegur dengan cara berjalan mendekati mereka atau menanyakan hal hal yang terkait dengan materi kuliah. Â Tapi itulah ulah mahaiswa ketika sang dosen kembali ke depan kelas obrolan itu masih saja terus berlangsung. Â
Kalau sudah begini upaya represif awak lakukan dengan memisahkan si tukang ngobrol dengan cara memindahkannya ke bangku depan. Â Ya tahu sendirilah ada saja oknum mahasiwa suka ngobrol di kelas, Â jumlah nya tidak lah terlalu banyak, sehingga kelas tak pula riuh sekali, kecuali pelajaran telah usai.
Mahasiswa merespon ketika awak memberlakukan peraturan tentang mahasiswa telat masuk kelas alias terlambat. Tentu saja Dosen tidak melakukan gaya otoriter namun secara demokratis di awal pertemuan di sepakati bahwa mahasiswa boleh terpaksa telat.  Makna nya  kalau telat  tetap bisa masuk mengikuti pelajaran. Â
Satu catatan ; sang petelat baru boleh menanda tangani absensi ketika mereka telah memilih 1 dari 2 hukuman.  Sebenarnya bukan hukuman berlari dilapangan Kampus G UG 7 keliling , hukuman itu lebih tepat disebut sebagai kompensasi.  Mahasiswa diberi pilihan apakah dia bicara di kelas 3 menit  atau menulis 5 paragraf.  Cukup adil dan mendidik bukan ?
Hal hasil masalah bangun  kesiangan, jalanan macet, ada urusan ini dan itu sebagai alasan telat tidak perlu d bahas.  Jadi memang perlu juga di beri penghargaan kepada mahasiswa yang  berniat mencari ilmu pengetahuan,  kenapa harus duduk termanggu di luar pintu kelas karena dilarang masuk.  Jakarta kota yang perlu permakluman bijak bagi setiap warga bahwa semua kendala kesemrawutan  bermuara di kota metropolitan itu menular ke kampus Universitas Gunadarma Kampus G  kawasan Depok.
Ya semoga  foto  kenangan di 4 kelas menjadi  dokumen abadi atau alibi bahwa awak memang pernah bertatap muka dengan calon pemimpin bangsa.  Satu keyakinan menghujam di hati ini bahwa mereka akan mengikuti takdirnya masing masing .  Artinya selama sikap profesionalisme itu melekat pada diri pribadi maka peluang emas menjadi pengusaha atau penguasa terbuka lebar.  Satu saat awak boleh berbangga ketika mahasiswa  mengabari bahwa dirinya muncul di TV atau tersiar kabar atas prestasi gemilang ditingkat nasional bahkan internasional. Why Not ?. Amin
Salamsalaman
BHP, 28 jULI 2O2O
TD