Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Berburu Kabau bin Julang-jaling

22 November 2019   06:16 Diperbarui: 22 November 2019   06:33 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saudara, inspirasi menulis itu terkadang datang tiba tiba.  Bagi penulis gaek seperti awak, segala sesuatu yang menghampiri diri InshaAllah bisa menjadi tulisan.  Alhamdulillah kepekaan itu sudah cukup terlatih sehingga materi untuk di torehkan menjadi artikel tidak pernah terputus. Artinya one day one posting bisa didawamkan malah ketika sedang mood bisa menulis 3 artikel sehari seperti makan obat saja kata pak dokter.

Kali ini awak nak berkisah tentang Kabau.   Bukan Minang Kabau ya, tetapi benda ini merupakan sejenis makanan dari tumbuhan sejenis Jengkol dan Pete.  Kabau dikatakann sejenis makanan lalapan nan syedap bersebab sama sama memiliki keistimewaan yaitu Bau.  Anda tahu sendirilah Jariang (bahasa jengkol orang Minang) dan Pete memang enak di mulut namun tak enak dibelakang.

Dibelakang apakah di toilet atau kamar kecil menjadi sasaran penempelan bau nan tak enak di pancaindra penciuman alias hidung.  Entah karena apa Jengkol, Pete dan Kabau memiliki ciri khas meninggalkan bau tidak seperti makanan lainnya. Ciri khas Bau tak sedap  tersebar senusantara seiring dan selaras penggemar Jenkol dan saudara saudaranya memang ada dimana mana tak pandang suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Nah khusus Kabau memang tidak begitu terkenal dibanding Jengkol dan Pete. Si Kabau bisa dimakan sebagai lalapan atau bisa juga dimasak menjadi gulai. Awak sudah cukup lama tidak menikmati kabau.  Seingatk ingat setelah hijrah ke Pulau Jawa tahun 1980  belumlah lagi bersua dengan kudapan atau masakan yang ada kabau nya. Sure.

Kualitas residu Kabau menghasilkan bau mengalahkan Jengkol dan Petai.  Pengalaman awak ketika masih kecil di dusun Tempino Jambi, masakan dari kabau ini memang enak namum bau yang tertinggal di kamar besar dan kamar kecil baru bisa hilang 3 hari. Luar biasa.

Lysol atau sejenisnya zaman itu yang digunakan untuk menghilangkan residu Kabau sepertinyan tidak mempan.  Baunya memang super dahsyat sehingga sesipa saja yang masuk ke kamar kecil bekas saudara kita yang baru menuikmati Kabau dapat dipastikan menutup hidung rapat rapat.  Apalagi apabila bekas buang air itu lupa disiram bersih bersih berjali kalai maka bau menyengat itu sungguh sangat menganggu suasana hati.

Nah sodara.  mengapa tuan tiba tiba menulis tentang kabau. ? Pasalnya di komuntas Alumni Akper Palembang Angkatan 4 melalui jaringan kesayangan Whats App Group diskuksi tentang makanan menjadi toipik yang sangat menarik. Entah bersebab apa dari jengkol kog malah merembet ke Kabau.  Jadilan emat emak penggemar kuliner nusantara terutama, Darmawati, Rosyati, Chasiana, Taty, Icha, Elly Asoen, Hasna bersahut sahutan seru bicara tentang si kabau.   

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Awakpun  tak mau kalah.  Bukan dalam kapasitas tukang masak namun lebih kepada penggemar makanan enak terutama masakan padang. Selain itu sebagai penulis awakpun tertarik menorehklann inspirasi ini ke media sosial.  Mulailah searching  ke Tante Yahoo dan Om Google.  Ternyata banyak juga informasi about si Kabau berseliwran di dunia maya.

Rasa penasaran itu awak lanjutkan dengan peburuan kabau di Pasar Induk Kramatjati sesuai dengan janji di WAG.  Maksudnya tidak lain tidak bukan  agar jelas duduk perkara keberadaan Kabau. Tujuan khusus untuk memastikan apakah Kabau itu masih ada di muka bumi ini khususnya di pasar sayur dan buah buahan terbesar di Nusantara.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kamis, 21 November 2019 awak mulai bergerak dari rumah menuju ke Pasar Induk Kramat jati yang tidak jauh jauh banget dari rumah.  Cukup berjalan kaki 10 menit maka tibalah di pasar dengan keramaian yang lumayan sibuk. Disniilah berkumpul bervagai profesi seperti penjual, pembeli, tukang angkuit, jaulan makanan, jualan assesoris, sopir truk besar dan mungkin juga profesi yang tidak jelas sejenis calo.

Berbekal hasil searh google berupa gambar Kabau awak bertanya ke pedagang  khusunya di area penjualan Jengkol.  Pemikiran logis saja mengingat Kabau pasti di jual berdekatan dengan saudara berbau sama.  Namun setelah berkelililing dan tanya sana sini yang awak dapatkan adalah gelengan kepala.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun