Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Apakah Pernyataan JK bagai Duri dalam Daging

19 Februari 2019   21:45 Diperbarui: 19 Februari 2019   22:02 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Dokumentasi detik.com

Peribahasa Bagai duri dalam daging adalah Sesuatu yang selalu membuat hati menjadi tidak menyenangkan. Peribahasa Bagai duri dalam daging merupakan peribahasa berbahasa Indonesia. Peribahasa Bagai duri dalam daging dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. inilah suatu perumpamaan yang mempunyai arti dalam pergaulan sehari hari ketika seorang teman tanda diduga bersikap tidak sesuai keinginan.

Peribahasa bagai Duri dalam daging berbeda dengan menggunting dalam lipatan. Perilaku ini bisa diindikasikan sebagai bentuk pengkhianatan kepada teman. Menggunting dalam lipatan dipastikan ada niat atau sudah direncanakan untuk mencelakakan, menjatuhkan atau mendzolimi sahabat kental. Sedangkan duri dalam daging sebenarnya di maknai seabagai sikap seorang teman yang berkata dengan benar (tidak berbohong) terhadap satu fakta.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) akhir akhir ini bersuara agak aneh. Bisa dikatakan aneh oleh para pihak pemerintahan karena berbicara seolah tidak sesuai dengan kedudukan. Artinya ketika Pak JK berbicara sesuai kapasitas dan pengetahuannya terkait pemerintahan yang beliau pahami tidak ada yang perlu dipertanyakan. Hanya saja ketika pernyataan Pak JK tidak bersuaian bukan berarti beliau melawan tetapi lebih kepada tanggung jawab terhadap kebenaran sejati.

Seperti di beritakan detik.com Jakarta - Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin membenarkan pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang menyebut penguasaan lahan Prabowo sesuai dengan undang-undang. Meski demikian, TKN memandang pernyataan JK bukan berarti membela Prabowo.

"Memang negara harus secara konsisten menghormati konsesi lahan yang telah diberikan kepada korporasi, termasuk korporasi yang dimiliki oleh Pak Prabowo. Pak JK menyampaikan kebijakan dan aturan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, namun tidak berarti secara spesifik untuk membela Pak Prabowo. Dalam hal ini Pak Jokowi menghormati hak konsesi tersebut," kata Wakil Ketua TKN Johnny G Plate saat dihubungi, Selasa (19/2/2019)

Bukan sekali ini Pak JK menyampaikan pendapat mengejutkan, pada persoalan biaya LRT beliau mengatakan anggaran pembangunan itu terlalu mahal. Tentu timbul pertanyaan public kenapa Pak JK bersuara tidak seperti biasanya. Tanpa harus berpolemik terkait sikap Pak JK menjelang berakhirnya masa tugas sebagai Wakil Presiden bisa jadi sikap ini bukan keberpihakan kepada Prabowo Sandi. Hanya saja sinyal dukungan untuk Jokowi perlu dipertanyakan lagi dalam artian apakh negarawan sekelas JK akan bersikap netral. Who Knows

Lebih lanjut detik.com memberitakan  - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengakui kerap mengkritik pemerintah, termasuk soal proyek LRT dan Trans Sulawesi. Meski begitu, JK yakin justru kritiknya akan menaikkan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi). "Bapak yakin tak akan mengurangi elektabilitas Pak Jokowi?" tanya wartawan di kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (19/2/2019).

"Ah tidak. Justru mungkin akan naik, berarti pemerintah memperhatikan harus efisien. Justru kalau pemerintah boros bisa turun elektabilitasnya pemerintah. Dalam hal ini Pak Jokowi. Tapi karena kita akan mengubah menjadi efisien akan bisa naik. Jangan lupa itu," jelas Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf itu.

Bisa jadi Pak JK menjelang berakhir jabatan 2019 akan mengeluarkan pernyataan "aneh" sesuai dengan perkembangan politik. Ketika hati nurani bicara maka tidak ada yang bisa menahan. Tentu saja semua ini bisa terjadi karena secara naluriah seseorang ingin meninggalkan nama baik agar yang selalu dikenang oleh anak cucu dan masyarakat.

Sekali lagi belum tentu keberadaan sosok Pak JK bagai duri dalam daging ketika menyatakan sesuatu fakta. Tinggal bagaimana para pihak menyikapi dengan tenang karena sampai hari ini beliau tetap sebagai Wakil Presiden yang syah secara konstitusional periode 2014 -  2019.

Salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun