Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Tetangga Sebelah] Ganti Nama

21 November 2018   21:47 Diperbarui: 21 November 2018   21:57 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dokumentasi : radartasikmalaya

Inilah untuk pertama kali perjalanan anak ndeso melintas kecamatan. Sebelumnya Asgar hanya tahu ibukota Kecamatan Wonoroso kawasan terjauh yang pernah ditempuh seumur hidup. Kebetulan saja waktu itu ada  wisata sekolah menengah pertama dalam rangka rekereasi semesteran.

"Yo wis melu le, lihat bagaimana kemeriahan kota kecamatan untuk menambah pengalamanmu"

Asgar teringat Simbok yang begitu kasih sayang ketika mengizinkan niat ingin ikut jalan jalan sekolah. Masalahnya selalu berkaitan dengan dana. Anak ke tiga ini paham benar bagaimana kemampuan keluarga, uang sebesar 100 ribu rupiah saja sudah merupakan pengeluaran luar biasa besar.

Kini Asgar melintas batas, tidak tangung tanggung anak berusia 15 tahun ini menuju ibukota Negara Republik Indonesia. Ke kota Kapubaten saja belum pernah apalagi ke kota Semarang pusat pemrintahan  Jawa Tengah.

Entah bersebab apa simbok mengizinkan anak baru tamat smp pergi sendiri merantau tanpa perlu diantar keluarga. Simbok yaqin Asgar bisa sampai kerumah pak Lek Reksodinoto di Tanjung Priok. Keputusan mengizinkan Asgar jalan sendiri  karena selama mendidik dan membesarkan anak yang dulu bernama  Arjuno ini memiliki keistimewaan sendiri dibanding 3 saudaranya.

Ketika dilahirkan di bulan Maulid, tangisan bayi sungguh sangat keras.  Kulitnya tidak begitu legam seperti ayahnya, hidung tidak terlalu pesek dan rambut tujuh helai agak ikal. Sang Bapak sangat gembira mendapatkan karunia putra ke tiga serta merta tanpa musyawarah dengan istri langsung saja di beri nama Arjuno.

Tidak salah memang nama itu cocok untuk si bayi dilihat dari penampilan fisik tampan seperti perwira pewayangan Kerajaan Amarta.  Bisa jadi sang Bapak teringat kegantengan Arjuna sang tokoh kasmaran dari lakon pewayangan di desa  tetangga  yang baru di melekin semalaman 3 hari sebelum kelahiran putra.  Si mbok tersenyum ketika sang Bapak menyuarakan kalimat illahi azan ditelinga kanan.

"Arjuno,  Arjuno, Arjuno anakku, buah hati keluarga"

 Tiba tiba Asgar tersentak,  tersadar lamunannya  setelah 3 jam lebih perjalanan.  Kereta api berhenti sejenak, beberapa penumpang baru naik.  Perut  terasa lapar, di bukalah  tas sekolah smp, ambil satu dari tiga bekal simbok.  Nasi bungkus lauk sambel telor. Untung tadi tak lupa sudah membeli sebotol besar air mineral.  Nikmatnya makan disela sela goyangan kereta api dan derus suara gresek gresek geresek.

Perjalanan tiba di stasiun senen diperkirakan delapan jam lagi.  Masih tersisa 2 nasi bungkus.  Simbok memang cerdas, ustazah guru ngaji anak ndeso ini sudah memperkirakan  selama perjalanan anak kesayanagan cukup dibekali 3 nasi bungkus.  Jadi tidak perlu membeli lagi. Alhamdulillah.

 Asgar teringat kenangan lama. Ketika didaftarkan ke sekolah dasar,  simbok tegas menjawab pertanyaan Pak Guru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun