Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu Susi Pudjiastuti Representasi Kartini Masa Kini

21 April 2018   18:46 Diperbarui: 21 April 2018   18:56 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
blog.jobsmart.co.id

Perempuan makhluk lemah dilihat dari segi fisik ketika  dibandingkan dengan kaum lelaki. Namun sifat lemah itu tidak berlaku  pada tataran jiwa. Raga boleh mereka tidak sekuat pria namun soal  kekuatan hati dan jwa bisa jadi kaum hawa ini melebihi segalanya.  Sungguh banyak catatan sejarah dunia membuktikan bahwa kaum perempuan  memiliki peran penting dalam perjalanan hidup manusia.

Indonesia  demikian pula. Pahlawan wanita seperti Tjuk Njak Dien dari tanah Aceh  berlumuran darah melawan penjajah. Itulah kekuatan jiwa, wanita bukan  saja menolong diri sendiri tetapi kepentingan yang lebih besar seperti  kemerdekaan merupakan bukti pengorbanan perempuan. Emansipasi di zaman  kartini memang diharuskan karena status social pada zaman dahulu memang  demikian.

Di zaman modern kaum wanita lebih bebas melakukan  inspirasi dan kreasi. Perjuangan bukan lagi soal emansipasi ingin  disamakan hak dan kewajiban dengan kaum pria namun lebih jauh itu mereka  berprestasi melebihi kaum pria. Dengan prestasi hebat sekali gus wanita  menunjukkan kepiawaian dalam mengurus salah satu bidang kehidupan  dunia. Ketika pencapaian sudah mencapai puncaknya buat apa lagi  memperjuangankan emansipasi. Semua fasilitas dan kemudahan hidup akan  sendiri nya hadir di kehidupan wanita.

Hari Kartini sudah menjadi  kegiatan tahunan yang tidak akan pernah dilewatkan seluruh lapisan  masyarakat Indonesia. Perayaan Hari Kartini dilakukan untuk terus  mengenang kisah kisah heroik Raden Ajeng Kartini dalam mengangkag  derajat perempuan Indonesia di era kolonial. Kini era sudah berubah di  mana era digital mendominasi segala aspek kehidupan. Kiprah wanita  Indonesia bisa kita lihat seperti Susi Pudjiastuti sebagai Menteri  Kelautan dan Perikanan.

Seperti diberitakan tribunenews.com -  - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tampak anggun berjalan  di atas panggung peragaan busana di Indonesia Fashion Week (IFW) 2018,  JCC, Kamis (29/3/2018). Susi yang mengenakan kebaya rancangan desainer  Anne Avantie berjalan bak model profesional. Senyumnya merekah. Susi  masuk pada sesi Pasar Tiban. Dia masuk paling belakang, setelah para  artis seperti Krisdayanti, Nia Ramadhani, Jessica Iskandar, dan Vaness  Priscilla masuk lebih dulu.

Namun dibalik itu semua tak  terbantahlan masih banyak kaum wanita terperosok di kesulitan ekonomi.  Bukan salah mereka tidak berpendidikan dan tidak memiliki ketrampuilan  tetapi kondisi kemiskinan massal itulah yang menhentakkan wanita dibawah  stardard kehidupan normal. Entah siapa yang harus disalahkan kalau  bukan pemerintah berkuasa. Sosok wnita hebat memang sudah cukup banyak  namun apa daya saudara sebangsa dan setanah air masih dalam pososi  dhuafa.

Hari Kartini berkebaya bagi yang punya. Seharian berkebaya  boleh saja beserta sanggul konde dibelakang kepala. Apakah hanya  berkebaya saja memperingati Hari Kartini. Adakah pemerintah dalam hal  ini Menteri Pemberdayaan Pempuan membuat satu gerakan nasional yang  mampu menaikan harkat kehidupan wanita terlantar. Tenaga Kerja Wanita  non trampil menjadi sasaran di negeri sana. Keterpakasan mengais rezeki  di negeri orang bersebab dinegeri sendiri tak ada peluang.

Persoalan  semakin ruwet karena wanita dhuafa terus saja melahirkan bayi bayi.  Apakah anak anak yang dilahirkan survive dalam perjalaan perjuangan  hidup ditengah kemiskinan ataukah mereka tewas akibat kekuarang gizi dan  terserang penyakit akibat imunisasi yang terabaikan. Kalaupun anak bisa  bertahan kondisi kecerdasan mana yang Presiden harapan sementara  kebutuhan sandang pangan dan papan hanya berupa harapan dan janji  pejabat berebut kekuasaan.

Apakah Susi Pudjiastuti bisa dinobatkan  sebagaoi Kartini zaman Now. Tentu saja bisa bersebab prestasi sebagai  Menteri Negara adalah posisi tertinggi saat ini selain menjadi presiden.  Perjuangan Susi luar biasa hanya berbekal pendidikan menengah namun  mampu menempatkan diri di jajaran birokrat negeri ini. Add value (nilai  tambah) wanita perkasa ini bukan didapat di pendidikan formal, justru di  lahan perkerjaan menimba pengalaman dengan prinsip learning by doing  plus trial and error.

Nilai tambah Menteri Kelautan dan Perikanan  ditimba sendiri tanpa bantuan siapapun apalagi pemerintah. SP figh ,  berjuang melawan harkat wanita dan terbukti berhasil disejajarkan kaum  pria. Inilah motivasi yang wajib di tularkan kepada semua pemudi  Indonesia bahwa keterbatasan itu harus dilawan dan jangan terlalu  mengharapkan bantuan yang tidak jelas berupa janji janji kosong belaka.

Salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun