Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tidak Ada Kawan Sejati dalam Dunia Politik

12 Januari 2018   21:28 Diperbarui: 12 Januari 2018   21:31 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Media.corp

Persaudaraan adalah kebahagiaan.  Kebahagianan bukanlah berarti selalu  dalam suasana kesenangan saja namun lebih jauh dari itu kebahagiaan lebih terasa ketika ada saling berbagi penuh perhatian yang tulus.

Kekuatan persahabatan terletak pada kekerabatan yang tidak mesti  ada  ikatan jalinan darah.  Persaudaraan bisa menembus batas batas suku, agama, rasa dan antar golongan (SARA).

Apa makna sejati dari Persudaraan. Persaudaraan sejati tidak memandang perbedaan.  Perbedaan apapun bukan merupakan kendala atau halangan untuk menjalin persaudaraan.  Justru persaudaraan bukan berangkat dari bentuk fisik atau penampilan, persaudaraan sejati adalah pertautan antara hati anak manusia.

Jadi ketika ada yang bertanya, adakah kaitan antara saudara seibu dan sebapak dan kebahagiaan, jawabannya mungkin akan mengagetkan sobat bahwa tidak ada kaitannya. 

Saudara sekandung tidak akan membuat kita bahagia. Yang membuat kita bahagia adalah persaudaraan.  Bersyukur apabila saudara sekandung, sepupu atau satu garis keturunan nenek dan datuk semua akur dalam pergaulan kekerabatan.

Saudara adalah orang-orang yang terhubung dengan kita karena pertalian darah, berdimensi fisik. Sementara persaudaraan adalah orang-orang yang terhubung dengan kita karena pertalian hati, berdimensi spiritual. Jika menilik sejarah, banyak kejahatan yang dilakukan oleh saudara kepada saudaranya sendiri.

Pertama dalam sejarah umat manusia, antara Qabil dan Habil, dilakukan oleh saudara atas saudaranya sendiri. Begitu pula dalam kisah konspirasi saudara-saudara Nabi Yusuf untuk melenyapkannya. 

Jika dalam kasus Qabil dan Habil berlaku kejahatan oleh saudara one-on-one, dalam kisah Nabi Yusuf yang terjadi adalah persekongkolan jahat oleh sesama saudara.  Kisah-kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa saudara yang bertali secara darah (fisik) bisa menjadi musuh saat tidak ada pertalian hati (spiritual).

Namun jangan kuatir perumpamaan itu hanya kisah nyata yang drastis dan pada kenyataannya jarang terjadi.  Bersaudara dalam bimbingan orang tua kandung pada tatanan kelarga sakinah mawaddah warahmah dapat dipastikan akan menjauhkan musibah perseteruan antara saudara kandung.

Berdasarkan refensi ilmiah maka dapat dipisahkan menjadi 4 bagian  tipe manusia dalam konteks saudara dan persaudaraan:

1.Saudara yang menunjukkan persaudaraan. Inilah surga.

2.Bukan saudara namun menunjukkan persaudaraan. Ini adalah kebahagiaan (happiness)

3.Bukan saudara dan tidak menunjukkan persaudaraan. Ini disebut ketidak bahagiaan (unhappiness)

4.Saudara tapi tidak menunjukkan persaudaraan. Inilah neraka.

Jika ada orang yang bukan saudara dan dia tidak menunjukkan persaudaraan kepada kita, kita bisa dengan mudah menghindarinya. Kita bisa memilih komunitas lain tanpa harus bertemu dengannya. Namun akan lebih berat bagi kita jika yang tidak menunjukkan persaudaraan itu adalah saudara kita sendiri.

Di sinilah kita perlu memaknai setiap kondisi yang kita hadapi agar tidak mengalihkan kita dari kebahagiaan. Kepada mereka yang tidak menunjukkan persaudaraan, kita bisa memaknainya sebagai cara Tuhan untuk menjadikan diri kita agar menjadi manusia yang lebih baik.

Hilangnya rasa persaudaraan dari saudara kita tidak boleh menjadi penghalang bagi kita untuk merayakan setiap momentum dalam hidup kita.

Lantas, apa yang dibutuhkan untuk memunculkan rasa persaudaraan khususnya antara sesama saudara? Kata kuncinya adalah connectedness, rasa terhubung satu sama lain, rasa bahwa kita adalah satu tubuh. 

Di saat ada bagian dari tubuh kita yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya. Demikian pula sebaliknya, saat bagian tubuh yang sakit itu pulih, seluruh tubuh merasakan kesegaran.

Lantas bagaiman pula dengan duina politik, apakah ada persaudaraan.  Inilah tanda tanya besar yang sampai saat ini perlu dilakukan penelitian ilmiah seiring dengan makin banyaknya kader yang loncat pagar dalam artian pindah partai. 

Saudara sekandung saja sulit akur makmur apalagi ada perbedaan suku, agama dan ras.  Bukan menafikkan bahwa perbedaan itu sulit  dipertautkan namum dunia politik memang tidak bisa disamakan dengan hidup dan kehidupan keseharian anak manusia.  Disini masih berlaku hukum alam " tidak ada kawan sejati yang ada adaah kepentingan sejati".

Point yang ingin saya sampaikan disini adalah bahwa sosial media seperti kompasiana.com ini merupakan salah satu upaya untuk menyatukan hati. 

Ada 2 ciri connectedness : Kita merasa senang jika saudara kita mendapatkan kebaikan, dan kita merasa sedih saat saudara kita mendapatkan keburukan. 

Inilah yang dianalogikan sebagai satu tubuh. Kita selalu berhubungan dengan saudara kita meski kita sedang tidak membutuhkannya. Bapak Ketua Parpol bisa menciptakan kondisi persaudaraan (connectedness) ? Jawabannya terpulang kepada rumput nan bergoyang..

Semoga bermanfaat

Salamsalaman

TD

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun