Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Masih Banyak Anak Indonesia Tidak Tersekolahkan

2 Mei 2017   12:22 Diperbarui: 2 Mei 2017   12:33 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                 Sumber : Berita.suaramerdeka.com

Undang Undang Dasar 45 mengamanatkan dana APBN untuk sektor pedidikan  pada pasal 31 ayat (4) yang menyatakan Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Tindak lanjut dari amanat undang undang melalui pencanangan wajib belajar 9 tahun bagi seluruh anak di republik ini.  Komitment pemerintah ternyata  hanya ada dikertas namun ketika di bandingkan apa yang terjadi dilapangan maka ibarat daging jauh dari panggang.  Artinya masih banyak anak  anak usia sekolah tidak terlayani, atau anak anak yang masih terlantar akibat ketidak seriusan aparat pemda khusnya dinas pendidikan.

Setiap tanggal 2 Mei diperingati hari Pendidikan Nasional. Apa kabar anak anak Indonesia. Sudahkah engkau duduk rapi didalam kelas mendengarkan cerita pak guru tentang KI Hajar Dewantara ? Sekolah dasar di seluruh bumi nusantara  tentu tidak melupakan hari bersejarah ini. Bapak Ibu Guru mengulang dan mengulang lagi pesan ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Artinya adalah di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.

Sementara itu masih banyak anak anak berkeliaran di luar gedung sekolah.  Mereka bukan tidak mau sekolah, justru keadaan yang memaksa anak anak ini menjadi bodoh. Inilah gambaran faktual anak anak tidak tersekolahkan.  Usia sekolah dihabiskan dijalanan, apakah bekerja membantu orang tua atau berdagang recehan atau bisa jadi menjadi pemulung. Kasihan itulah kata yang hanya terucapkan.  Tentu kata ini tidak boleh keluar dari mulut penguasa yang disebut juga pemerintah berkuasa.

Seyogyanya wajib belajar bukan saja bebas dari uang sekolah namun secara komprehensif adalah mendatangkan anak ke bangku sekolah. Selama ini pola pikir dan pola tindak yang diterapkan tidak menyelesaikan masalah.  Anak yang terlahirkan dari keluarga miskin mana bisa membeli baju seragam dan sepatu.  Apalagi tas dan peralatan sekolah belum lagi masalah transport. Bagaimana mereka bisa datang kesekolah apabila alat perlengkapan itu tidak pernah dimiliki.

Seharusnya dinas pendidikan memiliki target di wilayah wewenang masing masing menjaring seluruh anak anak dari keluarga tidak mampu untuk di sekolahkan.  Ini dia baru kerja benar dan cerdas bukan sekedar melihat dana Bos dan memberikan bea siswa bebas uang sekolah. Seandainya pola pemerintah sedemikian komprehensif maka tidak akan terlihat lagi anak aak berkeliaran dijalanan sementara teman teman se usia belajar di kelas.

Tentu saja kebijakan Kementerian Pendidikan terkait wajib belajar itu jangan bersifat pasif.  Menunggu anak anak datang kesekolah kemudian membebaskan dari iuran.  Sikap proaktif berkelililing kesetiap pemukiman bersama bapak Kepala Desa mendata anak anak tidak sekolah.  Kemudian memberikan kelengkapan belajar agar anak anak itu “berani” datang kesekolah dan tidak merasa rendah diri.

Point yang ingin saya sampaikan disini bahwa pemerintah harus  proaktif mendidik anak bangsa menjadi orang pintar.  Paling tidak anak anak Indonesia diseluruh pelosok tanah air sudah bisa membaca, berhitung dan memilki wawasan pengetahuan umum setelepas sekolah menegah pertama. Inilah modal dasar (bagi anak terlantar tadi) untuk ikut bersaing dilapangan kerja dari pada hanya bermodalkan otot. Tentu KI Hajar Dewantara tersenyum bahagia menyaksikan dari alam sana bahwa cita cita mencerdaskan bangsa seperti yang tercantum di alnea ke - 4 UUD 45  benar benar diwujudkan oleh pemerintah berkuasa.

Salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun