Morbiditas
Tidak seorangpun ingin jatuh sakit.  Namun hukum alam tidak bisa dibantah bahwa kualitas kesehatan seseorang itu fluktuatif seiring dengan kesediaan atau kesadaran untuk berperilaku hidup sehat. Angka Kesakitan (Morbiditas)  nasional di negri ini berkisar antara 6-8 % yang bermakna bahwa diantara 100 orang warga terdapat 6 sampai 8 penduduk  yang menderita sakit. Penyakit yang diderita itu bisa saja jenis penyakit chronis atau akut bisa juga seseorang jatuh sakit karena musibah seperti kecelakaan lalu lintas atau karena faktor alam.
Ketika masyarakat  memerlukan perawatan  maka kemana mereka akan berobat. Tentu saja di era modern ini tak patut dan termasuk kuno apabila masih ada penduduk mengandalkan dukun atau paranormal. Pengobatan paranormal tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan karena mengobati pasien dengan perasaan dan kemusykilan. Kini warga semakin cerdas, mereka dapat dipastikan akan datang ke fasilitas kesehatan apakah itu Poliklinik, Rumah Sakit atau sentra sentra pelayanan kesehatan lainnya. Ketika berobat ke Rumah Sakit, warga yakin akan sembuh secara normal dan wajar sesuai denga kaedah ilmiah ilmu kedokteran.
Rumah Sakit (Hospital) sebagai salah satu pusat pelayanan publik tentu saja wajib memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen.  Konsumen pelayanan kesehatan (stake holders) itu bisa saja dia seorang pasien, keluarga pasien dan  sesiapa saja yang berkaitan dengan kepentingan pelayanan rumah sakit. Dari sisi melayani pasien inilah dituntut kualitas pelayanan prima yang tidak mungkin terlepas dari dua faktor persyaratan penting yaitu transparansi dan akuntabilitas.
Untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut Rumah Sakit harus dikelola dengan manajemen modern. Sebagai pusat pelayanan publik pada sektor kesehatan semua ditujukan  untuk memenuhi harapan stake holders.  Masyarakat menuntut pelayanan prima dimana ketika mereka membutuhkan pelayanan maka pihak Rumah Sakit harus mampu memberikan rasa nyaman dan berujung dengan kepuasan ketika mereka mendapat kesembuhan atas penyakit yang diderita.
Peringkat Rumah Sakit
Terkait dengan kualitas pelayanan itulah Kementrian Kesehatan sebagai pembina melakukan pengawasan terhadap Rumah Sakit di Indonesia. Kemenkes  memantau sejauh mana fasilitas kesehatan itu mampu memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien.  Disamping Kementrian Kesehatan, Kementrian Keuangan mempunyai kepentingan yang sama sehubungan tatakelola keuangan Rumah Sakit telah berubah fungsi menjadi Badan Layanan Umum (BLU).
Baru baru ini Kemenkeu mengeluarkan Peringkat Rumah Sakit di seluruh Indonesia berdasarkan kemampuan menyerap anggaran hasil pelayanan publik. Peringkat tersebut dilihat dari sebesar apa Rumah Sakit menerima dana dari masyarakat dan BPJS . Secara tidak langsung tentu saja peringkat ini menggambarkan berapa banyak pasien yang telah dilayani rumah sakit pada periode setahun berjalan.
Keputusan konsumen memilih salah satu rumah sakit dari sekian banyak fasilitas kesehatan yang ditawarkan tergantung kepada beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangan itu berkaitan dengan kemudahan mendapat pelayanan cepat tanpa ditolak. Tidak bisa dipungkiri persaingan antar hospital "menarik" konsumen menjadi sesuatu yang lumrah. Patut dicatat akhirnya pilihan konsumen jatuh ke rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan prima yang hanya bisa dilakukan oleh SDM profesional nan tak lepas dari senyum sapa salam sopan dan santun. Kualitas seperti ini merupakan iklan gratis dari mulut kemulut berdasarkan pengalaman konsumen yang mendapat pelayanan yang sangat memuaskan.
Peringkat Rumah Sakit Tahun 2015 tersebut adalah
- Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta
- Rumah Sakit Karyadi Semarang
- Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta
- Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
- Rumah Sakit Sardjito Jogyakarta
- Rumah Sakit Fatmawati Jakarta
- Rumah Sakit Sanglah Denpasar
- Rumah Sakit Dharmais Jakarta
- Rumah Sakit Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto Jakarta
- Rumah Sakit Wahidin
- Rumah Sakit Persahabatan Jakarta
- Rumah Sakit Husein Palembang
- Rumah Sakit Adam Malik Medan
Perlu disimak disini peringkat Rumah Sakit Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto Jakarta tahun 2015 berada pada peringkat 9 . Posisi itu semkain meningkat dibanding  tahun 2013 berada di posisi ke 18. Tentu saja keberhasilan ini tidak lepas dari kerja keras seluruh personil yang dipimpin oleh Kepala Rumah Sakit Brigjen Pol dr. Didi Agus Mintadi, Sp Jk, DFM.
Sebagai data pembanding, tingkat pemakaian tempat tidur (Bed Occupancy Rate) Rumah Sakit Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto mencapai angka 80 %. Â Angka ini menunjukkan pelayanan optimal diberikan kepada setiap pasien dengan kebijakan tidak menolak pasien. Â Kebijakan ini berangkat dari pemikiran bahwa seseorang yang memerlukan pertolongan perawatan wajib dilayani secara paripurna dan jangan sampai ditolak dengan alasan klasik tidak tersedia tempat tidur atau rumah sakit penuh.
Tidak Menolak Pasien
Penolakan pasien bisa jadi sangat merugikan keluarga karena mereka harus pergi ke rumah sakit lain yang belum tentu bisa menerima dengan alasan yang sama. Sering kali terjadi akhirnya pasien wafat dalam perjalanan karena di tolak disana sini. Trenyuh. Oleh karena itu guna memberikan pelayanan rawat inap Manajemen Rumah Sakit terus menambah jumlah tempat tidur. Â Saat ini tersedia 500 tempat tidur yang tersebar di setiap ruangan sesuai dengan pengelompokan jenis penyakit pasien.
Sebagai ilustrasi, hari Selasa 5 Januari 2015 saya melihat kesibukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)  Rumah Sakit Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto Jakarta. Sekitar 30 pasien siang itu sedang mendapat perawatan di IGD. Ade Rosadi Kepala Perawatan IGD mengatakan setiap hari lebih dari seratus orang yang datang memeriksakan kesehatan. Tampak Dokter dan Perawat serta petugas administrasi sibuk melayani pasien sementara keluarga pasien menunggu pemberitahuan kapan saudaranya akan di kirim ke ruang perawatan. Â
Ditengah kesibukan petugas saya menyaksikan seorang karyawan  bagian gizi memberikan  nasi kotak  kepada pasien. Tidak biasanya calon pasien mendapatkan jatah makan. Namun itulah kebijakan Manajemen RS  sebagai konsekuensi pasien yang datang dengan indikasi rawat tidak boleh ditolak. Artinya apabila Dokter Jaga memutuskan pasien harus dirawat maka otomatis mereka menjadi tanggung jawab rumah sakit.  Bertumpuknya pasien di IGD menggambarkan betapa keberadaan RS Polri sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Sembari menunggu pemberitahuan tempat tidur telah tersedia di ruang perawatan untuk sementara pasien dilayani di beberapa ruangan perawatan transit IGD.
Operasi Jantung
Menyambut Setengah Abad usia Rumah Sakit yang jatuh pada tanggal 23 Mei 2016,  Brigjen Pol dr. Didi Agus Mintadi, SpJP, DFM beserta jajaran  terus meningkatkan kualitas pelayanan.  Tolok ukur dari kualitas pelayanan prima tergambar dari cita cita ingin menduduki posisi ke - 6 peringkat Nasional Rumah Sakit di Indonesia. Inilah standar objektif yang akan dicapai. Untuk itu berbagai upaya dilakukan menyangkut peningkatan kualitas pelayanan yang tidak mungkin terlepas dari aspek profesionalisme sumber daya manusia.Â
Ketika berbincang dengan Kepala Rumah Sakit, saya mendengar Beliau mengatakan bahwa Rumah Sakit baru bisa diakui hebat ketika mampu melaksanakan Operasi Jantung.  Seketika saya terhenyak, karena selama ini yang ada dalam benak pikiran bahwa Rumah Sakit yang hebat itu ketika telah memiliki fasilitas ICU/ ICCU dan NICU yang banyak serta pelayanan IGD yang cepat dan cergas. Namun ternyata anggapan itu salah Rumah Sakit hebat bukan tersedianya peralatan medis canggih dan dokter super spesialis.
Lebih lanjut Brigjen Pol dr. Didi Agus Mintadi, Sp Jk. menuturkan bahwa tidak semua Rumah Sakit mampu melaksanakan Operasi Jantung. Banyak faktor kesulitan,  antara lain di perlukan sarana dan prasarang paripurna disamping kesiapan Dokter Ahli Jantung dan tenaga para medis mahir serta unsur pendukung lainnya. Insha Allah Rumah Sakit Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto akan meresmikan pelayanan Operasi Jantung di bulan Juni 2016. Artinya pasien penderita penyakit jantung tidak perlu lagi di rujuk ke Rumah Sakit lain. Hal ini bermakna pula RS Bhayangkara TK I RS Sukanto yang selama ini telah menjadi Pusat Rujukan (Top Referal) dari Rumah Sakit Bhayangkara di seluruh Polda untuk segala macam penyakit mendapat tugas mulia melaksanakan operasi jantung.
Ilustrasi Dokumentasi Foto Pribadi /TD
Salamsalaman
TD
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI