gambar:hipwee
Cerita Minggu Pagi 43
Cerita yang kemarin, ingin kulupakan. Ya, kulupakan. Jauhlah pergi sana!
"Kenapa selalu begini?"
"Begini bagaimana?"
"Bagaimana kita bisa jalan terus bersama."
"Tak ingin ya bersamaku lagi?"
Aku ingin menjawabnya: entah. Karena entah, memang. Apakah ini yang disebut dengan riak-riak perbedaaan menajam sejak kami jadian. Sehingga kejadian dalam perjalanan itu, setelah kami berdua terlibat dalam sebuah acara yang kerap kami lakukan bersama.
"Aku akan membelikanmu kembang," kataku sebelum turun dari taksi.
"Apa, kembang?" ia tertawa ganjil.
"Ya."
"Buang saja ke laut."
Aku mengernyitkan kening.
"Akan asin ...."
"Biarin. Kembang kan sesekali perlu diasinin."
Urung juga aku membelikan kembang untuk malam Minggu ini. Terbayang ini malam pendek, aku mengantarnya dan pulang. Panjang kepenatanku di kamar sendirian.
Are you lonesome toninght...
Aku tertidur.
Minggu pagi, kutemukan kembang mawar merah, seikat di depan pintu. Kuambil dan celingak-celinguk. Siapa yang menaruh kembang sepagi ini?
"Wanita itu...."
Kucium kembang. Kubayangkan wanita itu.
"Hasiiiin ...!"
***
AP, 20/8/2017 dinihari