Ada sebuah reportase menarik dari KOMPAS berikutnya yang bisa dicatat di sini. Yakni seorang swasta dan berpenghasilan rendah, tiap beberapa hari sekali dalam sepekan mengiderkan sejumlah buku bacaan gratis. Lelaki di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah itu dengan kudanya menyambangi penduduk sekitar. Bisa dibayangkan, berapa judul buku yang bisa ditawarkan olehnya? Sedikit, tentu.
Pekerjaan yang membuat penulis menahan nafas. Ia tak dibayar, dan mencerahkan warga, terutama anak-anak untuk “membaca” buku-buku yang seadanya itu. Ia, tentu takkan pernah bisa mendongkrak angka-angka laporan UNESCO yang menyedihkan itu. Bahwa penduduk negeri ini yang telah merdeka 70 tahun, hanya 1 (satu) orang yang membaca dari sekumpulan seribu orang. Kita payah, memang dalam soal yang satu ini! Karena kita, walau rame-rame, seperti menegakkan benang basah? ***