Tingkatan lebih lanjut diajarkan, seperti al-Mutammimah, al-Fawakih al-Janniah, dan Syarah al-Kafrawi. Buku fiqh adalah safinat an-najah, fath al-Qarni, dan fath al-mu'in. Madrasah hanya mengajarkan pelajaran pengantar, dan mayoritas mereka cenderung tidak melanjutkan jenjang studinya.Â
Pendidikan mereka masih sangat sentralistik dan terpusat pada otoritas tokoh. Siswa-siswa yang merasa berbakat biasanya melanjutkan studinya dan belajar pada para cendekiawan bereputasi di kota-kota besar. Karya-karya besar diterangkan pada siswa melalui syarah-syarah panjang.Â
Tata bahasa, hukum, Kalam, teologi, Mantiq, balaghah, dan buku-buku yang dipelajari adalah Ihya Ulumuddin karya Gazali, tafsir Al-Quran Jalaludin, dan umdat al-aqaid an-Nasafi. Lazimnya, para siswa merintis karir studinya dengan rajin menghadiri ceramah-ceramah.
 Setelah itu, menjelaskan kepada kelompok mahasiswa dengan kecerdasan terbatas melalui pengulangan (mutala'ah). Setelah ceramah kecil itu dilakukan, bertahun-tahun mereka baru bisa memberikan ceramah di depan umum yang biasanya berdasarkan persetujuan syekh mereka.
 Humaniora sebatas hukum dan Kalam, sains mengalami kesulitan berlebih di sana menjadi salah satu bagian ilmu yang paling tidak dikuasai oleh masyarakat Arab Hadramaut. Pengetahuan tentang astronomi, matematika, geografi, dan kedokteran berhenti pada abad pertengahan.Â
Mereka masih mengira bumi sebagai pusat tata surya dan matahari mengelilinginya. Ide fixe (gagasan tetap, obsesi, dan keyakinan) bahwa langit mengetahui dari siapapun. Rasanya ketertutupan terhadap pembaruan pengetahuan yang membuat mereka masih terjebak dalam dimensi yang sama sekali berbeda dengan dunia lainnya. Dokter/tabib adalah profesi yang tidak ada sama sekali, keyakinan/ide fixe mendahului.
 Metode sederhana dengan menempelkan besi panas pada badan yang dianggap sakit. Jika tidak diketahui secara pasti, besi panas ditempelkan ke beberapa tempat dan persendian, dan itu dianggap sering menyembuhkan walaupun tidak menyentuh akar penyakit yang sebenarnya.Â
Masalah di atas bagi pembaharu Islam adalah halangan utama terhadap kemajuan, dan Sayid menjadi golongan berpengaruh yang mengarahkan persepsi publik pada pengetahuan. Islam melarang seni, musik, dan pengetahuan dengan dalil pengharaman dan keluar dari syariat. Maka kemudian kita mampu mengidentifikasi masalah itu dan melahirkan solusi, bergerak pada pembaharuan.Â
Bahwa tesis yang mengatakan kemajuan dan pengetahuan Barat mengarah pada kerusakan agama sama sekali tidak terbukti; pengetahuan dan agama berdiri pada sisi yang berbeda. Penolakan terhadap keterbukaan itu yang tercermin hari ini, Hadramaut belum beranjak pada perubahan besar. Seolah agama dengan sendirinya membatasi ruang gerak pengetahuan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI