Gedung bersejarah peninggalan Cornelis Chastelein, itu semula bernama Europeesche Lagere School yang dibangun 1886. Sekolah yang ditujukan untuk anak-anak  Belanda atau Eropa dan orang pribumi yang statusnya telah disamakan dengan orang Eropa (gelijkgestelden).
Lalu pada 1961 menjadi Sekolah Dasar Pancoran Mas 2 yang dikenal sebagai sekolah rakyat. Ini menjadi satu-satu sekolah dasar negeri di Depok saat itu yang kala itu dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Saat itu, Depok masih berada di bawah Kabupaten Bogor. Â Kemudian, diambil alih oleh Disdik Kota Depok sejak 1970.
Kemudian pada 2019, gedung SDN Panmas 2 ini dinyatakan sebagai cagar budaya pada setelah dilakukan kajian oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Depok. Karena mempunyai nilai histori yang besar dari segi arkeologi, sejarah, arsitektur, dan budaya.
Sejak tidak lagi diperpanjang sebagai sarana belajar SDN Pancoran Mas 2, penggunaan bangunan ini akhirnya dikosongkan. Bangunan tersebut pun mengalami kerusakan. Cat-catnya mulai mengelupas dan sebagian terlihat kusam.
Setiap saya melewati sekolah ini, terlihat jelas beberapa kelas atap mulai roboh dan beberapa bagian dari jendela juga sudah mengalami kerusakan. Halaman sekolah ditumbuhi rumput dan tanaman liar. Padahal, di bagian pekarangan terpasang plang Cagar Budaya.
Jika kondisi ini terus dibiarkan dan tidak dibenahi, yang akhirnya mengalami kerusakan, maka akan dikaji ulang oleh TACB Depok dan merekomendasikan untuk penghapusan Cagar Budaya.
Berubah menjadi cafe
Mungkin karena kondisi itu, gedung SDN Pancoran Mas 2 kini berubah wajah menjadi cafe "Dopamine  Heritage" yang memiliki venue "Coffee & Tea" dan "Dopamine Avenue" yang baru diresmikan seminggu lalu. Bangunan bersejarah itu sepertinya bukan lagi sebagai cagar budaya.
Meski berubah wajah menjadi cafe, bentuk bangunan asli tetap dipertahankan bergaya Belanda seperti pintu dan jendela krapyak berukuran tinggi, selasar, ketinggian ruangan. Namun, ada pemugaran. Semula berbahan kayu, kini berbahan kaca. Sebagian lantai yang tadinya ubin berganti keramik yang lebih modern.
Kemarin, kebetulan saya ada pertemuan dengan mama-mama eks wali murid kelas anak kedua saya sewaktu di SMPN 1 Depok. Saya ajak ketiga anak saya bersantap di sini sambil mengenang kembali masa-masa SD mereka di SDN Panmas 2. Saya sengaja mengajak agar anak-anak bisa menyusuri kenangan mereka di sini.Â