Penelitian arkeologi memberi petunjuk menarik. Di wilayah Zaragoza, para arkeolog menemukan patung dewi Isis (Malln, Zaragoza) dan banyak bukti lain bahwa kultus Isis --- dewi Mesir yang sering digambarkan menggendong bayi Horus --- berkembang di Hispania pada zaman Romawi.
Tradisi pilar dan ibu-menggendong ini sangat mungkin menjadi substrat budaya lokal yang kemudian di-Kristenkan: figur dewi diganti dengan Maria, pilar pagan menjadi pilar Maria. Ini bukan hal asing; di banyak tempat lain di Kekaisaran Romawi, kuil dewi diganti gereja, dan ikonografi lama dipakai ulang dalam devosi baru.
4. Pemujaan Maria ekstrem: bukti dari Timur
Menariknya, di sisi lain Kekaisaran Romawi, ada bukti devosi Maria yang juga ekstrem. Epifanius dari Salamis (abad IV) menulis tentang sebuah kelompok perempuan yang disebut "Collyridian", yang mempersembahkan roti sebagai korban kepada Maria. Ia mengkritik keras praktik ini karena dianggap menyembah Maria layaknya dewi.
Walaupun Collyridianisme tidak ada kaitan langsung dengan Spanyol, catatan ini menunjukkan bahwa di berbagai tempat sekitar abad-abad awal memang muncul bentuk-bentuk pemujaan Maria yang mirip pemujaan dewi. Inilah konteks yang membuat kritik Al-Qur'an terhadap orang Kristen yang "menjadikan Maria ilahi" bisa dipahami.
5. Jadi, Pilar Zaragoza: fakta atau legenda?
Jika diukur dengan standar sejarah kritis, jawabannya jelas: legenda.
Tidak ada sumber abad I yang menyebut peristiwa itu.
Catatan tertua muncul lebih dari 1000 tahun kemudian.
Kronologi Yakobus dalam Kitab Suci tidak cocok dengan klaim perjalanan ke Zaragoza.
Arkeologi justru menunjukkan adanya kultus Isis yang lebih tua, yang sangat mungkin menginspirasi bentuk devosi Pilar.