Silaturahmi saat pandemi, selain melalui media online, bisa jadi kedepannya surat-menyurat melalui jasa pengiriman PT Pos Indonesia seperti dahulu jaman tahun delapan-sembilan puluhan bakal terulang lagi.
Bukan tidak mungkin, bukankah di negara +62 ini apa saja bisa mungkin terjadi? Pengalaman yang saya alami sendiri, baru saja terjadi kemarin, pas hari lebaran.
Jadi ketika silaturahmi keliling Kampung Sindangkerta di lebaran hari pertama sebagaimana selalu kami lakukan sebelum lanjut silaturahmi ke rumah ibu di Sukanagara, salah satu tetangga belakang rumah kami memberikan sepucuk surat. Katanya surat itu datangnya kemarin, hanya karena di rumah tidak ada siapa-siapa, dititipkan oleh kurir di anaknya yang sedang bermain di sekitar halaman rumah.
Ya, tanggal 30 Ramadan kami memang mudik lokal ke Cianjur kota. Pulang ke rumah orang tua peninggalan almarhum mertua sekaligus buka puasa bersama dengan keluarga besar suami.
Ketika dilihat, ternyata surat itu surat sejenis kartu lebaran, dikirim melalui jasa kurir dari seorang teman yang kami kenal saat melakukan perjalanan ke Curug Ngebul. Salah satu air terjun yang ada di Kecamatan Pagelaran, tempat kami tinggal.
Saya sendiri lupa kapan terakhir komunikasi dengannya. Kalau boleh jujur saya pun kehilangan nomor kontak dia karena ponsel saya juga hilang dicuri ketika rumah di Cianjur dimasuki maling, sekitar September tahun 2019.
Isi suratnya, selain mengucapkan selamat hari raya, juga mengatakan, kalau ponselnya hilang dan ia kehilangan semua kontak. Sementara alamat rumah kami ia tetap ada simpan karena saat itu ia catat di sebuah brosur dari dinas pariwisata.
Saya langsung menghubungi nomor telepon yang ia tulis dalam suratnya sekaligus memberitahukan kalau ini nomor saya, sehingga selanjutnya kami bisa saling kontak melalui gadget lagi. Dan benar, beberapa jam kemudian, saya sudah bisa saling sapa melalui aplikasi pesan. Senangnya bukan main ketika silaturahmi yang sempat terputus akhirnya tersambung kembali.
Pengalaman nyata kedua saya alami tanggal satu Syawal malam hari. Salah satu Kompasianer dari ibu kota, yang sekian lama hilang kabar, tiba-tiba semalam muncul dengan nomor yang tidak saya ketahui sebelumnya disertai kiriman gambar ucapan selamat hari raya dan permintaan maaf pada umumnya.